AS Tempatkan Rudal Jarak Jauh di Jerman, Wamenlu Rusia: Kita akan Lakukan Segala Hal untuk Pukul Mundur Ancaman
JAKARTA - Rusia akan melakukan segala hal untuk memukul mundur ancaman terhadap wilayahnya, sebagai respons rencana penempatan rudal jarak jauh Amerika Serikat di Jerman, termasuk tidak mengesampingkan kemunginan pengerahan rudal nuklir baru, kata Wakil Menteri Sergei Ryabkov pada Hari Kamis.
"Saya tidak menutup kemungkinan," katanya, ketika ditanya apakah Rusia dapat mengerahkan rudal nuklir sebagai tanggapan atas pengerahan rudal AS di Jerman, melansir TASS 18 Juli.
Kantor berita Interfax mengutip Ryabkov mengatakan, pertahanan wilayah Kaliningrad Rusia, yang diapit oleh anggota NATO Polandia dan Lithuania, menjadi fokus khusus.
Ryabkov mengatakan Rusia akan memilih dari berbagai pilihan yang seluas-luasnya untuk menyusun respons yang paling efektif terhadap langkah AS, termasuk dalam hal biaya.
Ia mengatakan, Kaliningrad, bagian paling barat Rusia yang terputus dari daratan lainnya, "telah lama menarik perhatian yang tidak sehat dari lawan-lawan kita".
"Kaliningrad tidak terkecuali dalam hal tekad 100 persen kami untuk melakukan segala hal yang diperlukan guna memukul mundur mereka yang mungkin menyimpan rencana agresif dan yang mencoba memprovokasi kami untuk mengambil langkah-langkah tertentu yang tidak diinginkan oleh siapa pun dan penuh dengan komplikasi lebih lanjut," jelas Ryabkov, dikutip dari Reuters.
Amerika Serikat mengatakan minggu lalu akan mulai mengerahkan senjata di Jerman mulai tahun 2026 yang akan mencakup SM-6, Tomahawk dan rudal hipersonik baru untuk menunjukkan komitmennya terhadap pertahanan NATO dan Eropa.
"Tanpa rasa gugup, tanpa emosi, kami akan mengembangkan respons militer, pertama-tama, terhadap permainan baru ini," kata Ryabkov pekan lalu sebagai tanggapan.
Rudal yang direncanakan Rusia dan Amerika Serikat untuk dikerahkan adalah senjata darat jarak menengah yang dilarang berdasarkan perjanjian AS-Soviet tahun 1987. AS keluar dari perjanjian tersebut pada tahun 2019, menuduh Rusia melakukan pelanggaran yang dibantah Moskow.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bulan lalu bahwa Moskow akan melanjutkan produksi rudal darat jarak pendek dan menengah serta memutuskan di mana akan menempatkannya jika diperlukan. Sebagian besar sistem rudal Rusia mampu dipasangi hulu ledak konvensional atau nuklir.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengatakan pada Hari Kamis, keputusan untuk mengerahkan rudal jarak jauh Amerika Serikat di Jerman mulai tahun 2026 merupakan respons terhadap pengerahan sistem rudal taktis Iskander di Wilayah Kaliningrad, Rusia.
"Apa yang akan dilakukan Amerika Serikat di Jerman mulai tahun 2026 tidak lain adalah sebagai respon terhadap ancaman Rusia yang diwakili oleh penyebaran rudal Iskander di Kaliningrad," katanya dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Tageblatt yang berbasis di Luksemburg.
Lebih lanjut Pistorius mengatakan, Jerman "belum pernah menghadapi masalah pengerahan senjata selama 35 tahun." Menurutnya, keberadaan rudal Negeri Paman Sam di Jerman dapat dijelaskan dengan adanya kebutuhan akan penangkalan nuklir.
"Ketika semua orang menyadari Jerman dan NATO mampu mempertahankan diri mereka sendiri dengan sukses, hal ini akan mengurangi kemungkinan serangan terhadap kami," ujarnya.
Baca juga:
- AS Tempatkan Rudal Jarak Jauh di Jerman, Menhan Pistorius: Respons Rudal Iskander Rusia
- Ukraina Kembangkan Drone dengan AI untuk Atasi Gangguan Sinyal Rusia di Medan Pertempuran
- Ursula von der Leyen Usulkan Pembuatan Perisai Udara dan Pertahanan Siber Uni Eropa
- Selundupkan Perangkat Elektronik Militer Buatan AS ke Negaranya, Pria Rusia Dihukum Tiga Tahun Penjara
Ketika ditanya di mana rudal jelajah dan supersonik AS akan ditempatkan di Jerman, ia mengatakan: "Ini belum diputuskan."
"AS saat ini sedang melakukan persiapan untuk pengerahan senjata-senjata ini ke Jerman. Namun, saya ingin memperjelas: ini adalah senjata konvensional," kata Pistorius.
Dia menambahkan, kepemimpinan Jerman "akan melakukan segala sesuatu yang mungkin untuk mencegah eskalasi ketegangan." Dalam pandangannya, jika "menjadi jelas bagi semua orang" bahwa Jerman dan NATO mampu mempertahankan diri, hal itu akan mengurangi kemungkinan serangan terhadap mereka.