TikTok Dituduh Mempromosikan Partai Ekstrem Kanan Jerman kepada Pemilih Muda Menjelang Pemilu UE

JAKARTA - TikTok dituduh  telah membantu mempromosikan partai politik ekstrem kanan Jerman kepada pemilih muda menjelang pemilu Uni Eropa bulan lalu, meskipun mereka mencari aplikasi tersebut untuk partai atau politisi lain. Hal ini terungkap  menurut laporan baru yang dibagikan secara eksklusif di WIRED.

Laporan tersebut ditulis oleh peneliti dari organisasi nirlaba AI Forensics dan Interface, sebuah think tank Eropa yang mengkhususkan diri dalam teknologi informasi. Para peneliti menemukan bahwa dalam seperempat kasus, pengguna muda di Jerman yang mencari aplikasi untuk partai politik tertentu dan politisi mereka dalam minggu-minggu menjelang pemilu pada 5 Juni malah diberi saran untuk partai lain. Dalam sebagian besar kasus ini, mereka diberi saran yang terkait dengan Alternative für Deutschland (AfD), partai ekstrem kanan terkemuka di Jerman.

Sudah banyak didokumentasikan bahwa AfD berhasil memanfaatkan TikTok untuk menyebarkan ekstremisme dan disinformasi kepada audiens yang lebih muda, tetapi penelitian baru ini menunjukkan bahwa kelompok ekstrem kanan tersebut, yang diberi label “ekstremis” oleh pengadilan Jerman awal tahun ini, dibantu oleh algoritma TikTok itu sendiri.

TikTok, yang diberikan salinan laporan akhir sebelum publikasi, tidak membantah temuan penelitian tersebut tetapi mengatakan bahwa mereka, di masa lalu, telah membuat beberapa akun yang terkait dengan AfD tidak memenuhi syarat untuk rekomendasi pencarian karena pelanggaran konten.

Konteks Penelitian

Menurut Martin Degeling dari Interface, ketika pengguna mencari partai Hijau atau CDU, AfD sering muncul sebagai hasil pencarian yang disarankan. Namun, ketika pengguna mencari AfD, tidak ada partai lain yang muncul. Ini menunjukkan adanya aspek algoritmik di mana seseorang membuat keputusan untuk menghubungkan pencarian tersebut.

Miazia Schüler dari AI Forensics menambahkan bahwa fitur bawaan TikTok, seperti saran “Others Searched For,” menyediakan ruang yang kurang moderasi di mana pihak ekstrem kanan, terutama AfD, dapat memanfaatkannya. Salvatore Romano, kepala penelitian di AI Forensics, juga mencatat bahwa penelitian lebih lanjut di negara lain seperti Prancis, Polandia, dan Italia menemukan konten bermasalah serupa ditampilkan di seluruh negara tersebut.

TikTok mengklaim telah menerapkan alat khusus negara untuk memerangi penyebaran informasi yang salah selama pemilu UE, termasuk menghubungkan orang-orang ke informasi yang dapat diandalkan melalui Pusat Pemilu mereka, yang menerima lebih dari 7,5 juta kunjungan sebelum pemilu UE.

Temuan Tambahan

Para peneliti juga menemukan bahwa dalam sepertiga pencarian, pengguna diberikan saran pencarian yang bersifat konspiratif dan sensasional yang tidak ada hubungannya dengan istilah yang sedang dicari. Misalnya, ketika mencari konten terkait partai Hijau, saran pencarian termasuk "Istri Habeck meninggalkan," meskipun tidak ada kebenaran dalam klaim tersebut dan tidak ada video terkait di TikTok.

Penelitian menunjukkan bahwa meskipun pengguna tidak mengklik salah satu saran pencarian di aplikasi, hanya melihat saran tersebut sudah cukup untuk membuat istilah tersebut melekat di otak orang. Semakin ekstrem saran tersebut, semakin besar kemungkinan orang mengingatnya.

Dalam penelitian sebelumnya, Interface dan AI Forensics menemukan bahwa pengguna yang disajikan dengan serangkaian saran pencarian paling sering memilih judul paling sugestif yang tersedia untuk diklik. Sebagai contoh, sebuah judul palsu "Olaf Scholz Tertangkap di Klub" menjadi judul palsu yang paling banyak diingat orang, meskipun tidak ada insiden terkait dan tidak ada video yang sesuai di TikTok.

Penelitian menunjukkan bahwa fungsi pencarian di TikTok menjadi cara yang semakin penting bagi pengguna, terutama pengguna muda, untuk menemukan konten di aplikasi tersebut. TikTok mengatakan bahwa banyak faktor yang berkontribusi apakah istilah pencarian disarankan, termasuk komentar dan pencarian umum yang dilakukan setelah menonton video.

Para peneliti juga menemukan bahwa TikTok telah mengambil beberapa langkah untuk membatasi penyebaran hasil pencarian yang tidak akurat atau memprovokasi untuk partai atau politisi tertentu, tetapi upaya moderasi tidak diterapkan secara konsisten di seluruh platform.