Bagikan:

JAKARTA - Simon Harris, yang akan menjadi Taoiseach termuda di Irlandia setelah terpilih bulan lalu, memanfaatkan platform favoritnya, TikTok, untuk menyampaikan pesan kepada para pengikutnya. Dalam video yang diunggahnya, yang menunjukkan tulisan 'THANK YOU' berwarna kuning, Harris bercerita kepada 95.000 pengikutnya tentang perjalanannya dari remaja yang penuh pendapat dan bermasalah karena kurangnya bantuan pendidikan untuk saudaranya yang autis.

Harris, yang kadang-kadang disebut sebagai "TikTok Taoiseach", adalah salah satu dari sejumlah politisi Eropa yang merangkul platform media sosial milik perusahaan China, meskipun ada kekhawatiran keamanan terkait dengan privasi data pengguna.

Dengan mendekati pemilihan umum di Eropa bulan Juni mendatang, politisi mainstream khawatir akan kehilangan basis pemilihnya kepada partai-partai pinggiran yang sukses memanfaatkan format video pendek TikTok.

Namun, TikTok semakin mendapat sorotan di Barat karena kekhawatiran bahwa data pengguna dari aplikasi ini, yang dimiliki oleh perusahaan ByteDance yang berbasis Beijing, bisa jatuh ke tangan pemerintah China.

Di Jerman, agen keamanan negara telah memperingatkan tentang penggunaan aplikasi ini karena kekhawatiran bahwa data bisa dibagikan dengan pemerintah China atau digunakan untuk memengaruhi pengguna.

TikTok mengklaim bahwa peringatan keamanan ini tidak berdasar dan bahwa mereka tidak mengumpulkan lebih banyak informasi daripada aplikasi lainnya. Mereka bahkan membuka situs untuk menyimpan data pengguna Eropa di Dublin dan menyewa perusahaan keamanan independen untuk memantau aliran data.

Simon Harris, 37 tahun, adalah salah satu yang pertama kali menggunakan TikTok pada Maret 2021, dengan mengunggah video yang beragam mulai dari rangkuman anggaran dalam 60 detik dengan latar musik hingga momen dia membuat secangkir teh saat menonton sepak bola.

Pendekatan serupa juga dilakukan oleh politisi lain di Eropa, termasuk Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang memiliki 4 juta pengikut sejak bergabung dengan TikTok pada tahun 2020.

Di Jerman, para menteri senior yang baru saja membuka akun TikTok, seperti Menteri Kesehatan Karl Lauterbach, dengan keyakinan bahwa penting untuk tidak meninggalkan media sosial kepada partai-partai ekstrem.

Di samping kekhawatiran keamanan, kehadiran politisi di TikTok menunjukkan usaha mereka untuk tetap relevan di kalangan pemilih muda yang semakin cenderung menggunakan platform media sosial untuk mendapatkan informasi politik.

TikTok, meskipun dilarang di beberapa lingkungan pemerintah, semakin sulit untuk diabaikan karena semakin banyak orang yang beralih ke platform ini untuk mendapatkan berita, terutama di kalangan usia 18 hingga 24 tahun.