Warga Gaza dengan Sindrom Down Tewas Setelah Diserang Anjing Tentara Israel

JAKARTA - Seorang pria di Jalur Gaza, Palestina dengan sindrom Down tewas akibat serangan anjing tentara Israel, kata pihak keluarga.

Mohammed Bahar (24) yang mengalami kesulitan berbicara, berhasil berteriak "Tolong, berhenti! Tolong, berhenti", saat hewan itu menyerangnya pada 3 Juli lalu.

Nabila, sang ibunda, menyaksikan peristiwa tersebut setelah pasukan Israel mengepung keluarga beranggotakan 12 orang itu di kediaman mereka di sebelah timur kota Gaza.

"Anak-anak mendengar suara tentara Israel dan mulai menangis ketakutan. Kami mulai berteriak, mengatakan bahwa kami adalah warga sipil," kata Nabila kepada The National, seperti dilansir 17 Juli.

Tiba-tiba, lanjutnya, seekor anjing muncul di tempat Mohammed duduk di tempat favoritnya di sofa. Keluarga itu mencoba menarik Mohammed ke samping, tetapi anjing itu lebih cepat dan menyerangnya, menggigit bahunya.

"Saya mulai berteriak, 'tolong bantu dia', saat anjing itu menggigit Mohammed," getir Nabila.

Operasi militer Israel di Gaza. (Sumber: IDF)

Tetapi tidak ada reaksi. Kemudian anjing itu menyerang lengan Mohammed.

Mohammed mencoba menenangkan anjing itu, menepuknya dengan tangannya yang lain, tetapi anjing itu tidak berhenti. Mohammed berhenti melawan, dan lengannya mulai berdarah.

Nabila berkata: "Kemudian sejumlah tentara Israel masuk ke rumah dan mengarahkan senjata mereka ke anak saya. Saya berteriak dan menyuruh mereka meninggalkannya sendirian karena dia cacat. Mereka akhirnya membawa anjing itu menjauh dari Mohammed, tetapi tangannya sudah terluka dan berdarah."

Dia mengatakan tentara Israel mengunci Mohammed di sebuah kamar. Dia meminta mereka untuk menjelaskan apa yang terjadi, mengatakan kepadanya mereka telah membawa seorang dokter untuk Mohammed.

"Saya meminta mereka untuk membawa Mohammed kepada saya, tetapi mereka menolak. Saya bisa mendengar Mohammed meminta air, lalu mereka mengatakan kepada saya, mereka telah merawatnya," katanya.

Nabila terus meminta untuk melihat putranya, tetapi tentara Israel menolak dan memerintahkan semua wanita dan anak-anak untuk pergi ke bagian Barat kota Gaza. Mereka menangkap dua putra Nabila, yang nasibnya masih belum diketahui.

Tentara Israel dengan anjing saat beroperasi di Gaza. (Sumber: IDF)

"Saya menolak untuk pergi. Saya mengatakan kepada mereka, saya akan pergi bersama Mohammed," kata Nabila.

Dikatakannya, tentara memberitahu dirinya, Mohammed bersama mereka dan mengancam akan membunuh keluarga saya jika saya tidak pergi."

Nabila meninggalkan rumahnya, tidak dapat berbuat apa pun untuk putranya.

Sarah Bahar, saudara perempuan Mohammed, mencoba kembali dan memeriksa Mohammed tetapi tidak berhasil.

"Kakak laki-laki saya, yang tidak bersama kami ketika tentara Israel datang, kembali ke rumah 10 hari kemudian untuk memeriksa Mohammed. Dia menemukan Mohammed tergeletak lantai, meninggal, dengan tubuhnya mulai membusuk dan tidak ada tanda-tanda perawatan medis," ungkap Sarah.

"Mereka berbohong kepada kami; mereka tidak merawatnya. Mereka meninggalkannya hingga berdarah sampai mati," ratapnya.

"Mohammed biasanya tidak berbicara. Tetapi pada saat itu, ia berbicara, meminta anjing itu untuk berhenti. Memohon agar ia diselamatkan," kata Sarah.

Tidak jelas cedera apa yang menyebabkan kematian Mohammed atau apa yang terjadi padanya ketika ia diperintahkan untuk tetap tinggal bersama tentara Israel. The National menghubungi militer Israel, tetapi tidak ada berkomentar.

Pihak keluarga mengatakan, Mohammed, yang juga menderita autisme, gemar berolahraga, menari dan makan molokhi, hidangan Palestina yang terkenal. Ia juga sangat dekat dengan ibunya, menghabiskan sebagian besar waktunya bersamanya.

Mohammed kehilangan ayahnya pada tahun 2002, dalam serangan Israel selama invasi ke Gaza timur, saat bekerja sebagai penjaga keamanan di bengkel mobil.