Kedatangan Southgate sejak 2016 Bawa Perubahan Mentalitas di Skuad Inggris
JAKARTA - Inggris dikecam. Performa yang sesuai ekspetasi di Euro 2024 menjadi bahan kritik. Suporter hingga pengamat meragukan Three Lions juara Euro untuk kali pertama.
Gareth Southgate tak peduli. Dia mengklaim kehadirannya sejak 2016 memberi banyak perubahan besar di skuad.
Pada Euro 2024, Southgate kembali memberikan perubahan signifikan, terutama dari sisi mentalitas.
Tampil kurang memuaskan di fase grup, menurut Southgate, mentalitas Three Lions meningkat ketika menyentuh babak gugur.
Selain itu, Southgate memberikan dampak positif. Pasukannya, yang selalu mendapat sorotan kritik sepanjang Euro 2024, sudah bisa melepaskan beban ekspektasi.
Skuad Three Lions kini fokus untuk merebut tiket final Euro 2024. Artinya, mereka harus menyingkirkan Belanda di semifinal demi target itu.
"Kami tahu tidak memulai turnamen dengan baik. Bagi saya, ini merupakan pengalaman menarik melihat tim tampil ketakutan di awal pertandingan, hampir khawatir apakah ada kesalahan."
"Kami belum memilikinya selama beberapa tahun. Mungkin itu adalah ekspektasi tambahannya. Namun, kini mereka berada pada pertanyaan, apa yang bisa dicapai? Semacam pola pikir."
Baca juga:
"Terkadang, sebagai pelatih, Anda mengambil langkah mundur dan mengamati. Salah satu kekuatan kami selama delapan tahun terakhir adalah berkurangnya rasa takut dan berkurangnya hambatan."
"Pada awal turnamen, ekspektasi tersebut cukup membebani dan kebisingan dari luar menjadi lebih keras dari sebelumnya."
"Saya merasa kami tidak bisa menempatkan diri kami pada posisi yang tepat. Pada akhirnya yang mengesankan adalah para pemain menemukan cara untuk meraih hasil."
"Hal itu berubah ketika kami mencapai perempat final. Kami melihat versi yang lebih baik dari diri kami saat menguasai bola, kami lebih bebas," tutur Southgate.
Southgate melakukan berbagai cara sebagai pendekatan kepada pemain dalam delapan tahun periode kepemimpinannya.
Banyak kegiatan yang bersifat kekeluargaan digelar, seperti bernyanyi bersama Ed Sheeran.
Suasana menjadi lebih santai, cair, dan tak ada jarak antara manajer dan pemain.
Saat kedekatan muncul, menanamkan semangat kepada penggawa Inggris menjadi lebih mudah. Itulah yang dirasakan Southgate.
Penanaman semangat itu berhasil dilakukan manajer 53 tahun itu ketika Inggris keluar dari lubang jarum di babak 16 besar Euro 2024 melawan Slovakia.
Three Lions tertinggal lebih dulu, tapi Jude Bellingham menyamakan kedudukan pada injury time. Harry Kane kemudian tampil sebagai penyelamat lewat gol kemenangan pada babak tambahan.
"Kami memiliki Ed Sheeran untuk bernyanyi dan itu luar biasa. Anda bisa terikat dengan cara itu."
"Ketika Anda mencetak gol pada menit ke-92 dan menit ke-96, tidak ada yang lebih kuat dari itu selain semangat sebuah tim," ujar Southgate.
Gareth Southgate seharusnya mendapat apresiasi, bukan kritik. Bila melihat perkembangan Inggris dari delapan tahun lalu sampai sekarang, mentalitas memang aspek yang ditonjolkan sang manajer.
Dia bisa menghapus budaya toxic yang membuat para pemain berkualitas dan berlabel bintang takut mewakili negara.
Eks Manajer Middlesbrough itu menjadikan anak didiknya punya lebih banyak perspektif. Kritik yang saat ini masih membanjiri skuad Inggris, tak terlalu dianggap beban.
"Kami benar-benar membicarakannya (ketakutan). Ketika Anda bisa merasakan perasaan itu, Anda perlu menghadapinya. Tidak ada gunanya menghindarinya dan berharap hal itu akan hilang."
"Setelah pertandingan melawan Denmark (di laga kedua Grup C Euro 2024), ada gambaran para pemain terlihat putus asa."
"Mereka mendapat satu poin yang pada dasarnya memastikan kami lolos. Setiap tim lain merayakannya dengan penggemar mereka pada saat itu, kami berlutut."
"Jadi, saya harus mengoreksi cara mereka memandang sesuatu," tutur manajer 53 tahun itu.
Cara pasukan Inggris menyelesaikan tekanan kini sudah berbeda. Mereka sudah beradaptasi dengan gaya yang diajarkan Southgate.
Buktinya, bersama Southgate, Inggris mencapai semifinal turnamen besar (Piala Dunia dan Euro) ketiga kali hanya dalam rentang delapan tahun, terbanyak sepanjang sejarah Three Lions.
"Saya kira memenangi pertandingan sistem gugur di Piala Dunia 2018 Rusia adalah target pertama. Sejak saat itu, perubahan pola pikir pun terjadi."
"Kami telah melangkah lebih jauh di turnamen-turnamen baru-baru ini, tidak ada yang berpikir bahwa perempat final sudah cukup dekat."
"Sekarang kami berada di akhir turnamen yang sesungguhnya. Mengingat sejarah kami, hal ini tidak boleh diremehkan," ujar Southgate.
Inggris bukan lagi tim yang meramaikan turnamen besar kini. Sebagaimana diketahui, satu-satunya gelar Three Lions ialah juara Piala Dunia 1966.
Setelah itu, mereka kesulitan untuk menyentuh babak final, bahkan semifinal. Perjalanan terjauh yang berhasil dijajaki Inggris sebelum kedatangan Southgate yaitu semifinal Euro 1996.
Artinya, mentalitas Inggris memang sudah berubah ketika ditangani Southgate. Mengincar gelar juara sudah bukan lagi target tabu sekarang.
Tak heran, ambisi itu sekarang mengalir deras dari dalam diri setiap pemain Three Lions meski dipenuhi tekanan, kritik, dan keraguan dari luar tim.
"Hal hebatnya, kami tidak hanya duduk di sini dan merasa senang dengan semifinal. Kami ingin melangkah lebih jauh."
"Tujuan kami adalah untuk datang ke sini dan memenanginya. Kami sekarang tinggal dua pertandingan lagi untuk mencapai hal itu," kata Southgate.
Inggris akan berjumpa Belanda di semifinal Euro 2024 pada Kamis, 11 Juli 2024, dini hari WIB.