Etnis Bersenjata Perangi Rezim Militer Myanmar di Perbatasan, Thailand Siap Tampung Pengungsi
JAKARTA - Sayap militer etnis bersenjata Kachin State, Kachin Independence Army (KIA), kembali menyerang aparat keamanan rezim militer Myanmar.
Serangan kali ini diarahkan ke pangkalan polisi di wilayah pertambangan batu giok, Hpakant pada Kamis 18 Maret, melansir Myanmar Now.
"Serangan tersebut menargetkan batalion polisi di mana tentara ditempatkan di dekat desa Nam Maw di jalur desa Seik Muu. Ada batalyon polisi Myanmar di sekitar Nam Maw. Setidaknya tiga pangkalan diserang," ujar penduduk setempat.
KIA diketahui telah melancarkan beberapa serangan terhadap pasukan rezim kudeta baru-baru ini. Pertempuran juga telah dilaporkan di Mogaung dan Injangyang bulan ini.
Senin pekan ini, KIA juga melancarkan serangan terhadap posisi pasukan rezim militer Myanmar di Desa Gwi Htau, dekat Proyek Bendungan Myitsone di Kotapraja Injangyang.
Serangan yang melibatkan Brigade-1 KIA tersebut dimulai pada Senin malam hingga tengah malam hari berikutnya. Serangan-serangan yang dilakukan di perbatasan, dilakukan seiring makin banyaknya pengungsi yang meninggalkan kota-kota besar di Myanmar, berlindung di perbatasan yang dikendalikan etnis bersenjata.
Misalnya saja di wilayah Karen National Union (KNU), yang telah memerangi militer Myanmar selama beberapa dekade, kini menampung hampir seribu orang berlindung di dalam wilayah yang mereka kuasai.
"Beberapa adalah pemimpin pemogokan, beberapa terlibat dalam CDM (pembangkangan sipil), staf pemerintah, pembelot polisi dan militer dan kemudian juga beberapa anggota parlemen dan dokter," ungkap Kepala Urusan Luar Negeri KNU Padoh Saw Taw, melansir Reuters.
Dia mengatakan sejumlah kecil juga mencari perlindungan lebih jauh ke utara, di perbatasan dengan negara bagian Shan, di wilayah yang dikuasai oleh milisi etnis lain.
Selain KNU yang berbatasan dengan Thailand dan Kachin State yang berbatasan dengan China, total ada lebih dari dua lusin kelompok etnis bersenjata aktif di perbatasan Myanmar.
Baca juga:
- Korban Tewas Kudeta Militer Capai 224 Orang, Myanmar Menanti Pengadilan Kriminal Internasional
- Rezim Militer Myanmar Kenakan Tuduhan Korupsi Baru, Aung San Suu Kyi Terancam 30 Tahun Penjara
- Perusahaan Migas Asing Tunda Bisnis, Rezim Militer Myanmar Bisa Kehilangan Pendapatan hingga 1 Miliar Dolar AS
- Paus Fransiskus: Jika Perlu Saya Berlutut di Jalanan Myanmar dan Meminta Kekerasan Dihentikan
Terpisah, pihak berwenang Thailand bersiap menghadapi gelombang pengungsi dan telah menyisihkan daerah untuk menampung lebih dari 43.000 orang di Distrik Mae Sot. Kolonel Prasan Henprasert dari pihak tentara Thailand mengatakan, patroli perbatasan telah ditingkatkan.
"Jika ada bentrokan maka kami harus menilai situasi dan menyiapkan daerah. Berdasarkan pengalaman kami, banyak orang mungkin menyeberang dan kembali ketika situasinya lebih aman karena mereka memiliki rumah di sisi lain," terangnya.
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.