Laporan Twilio: Pemanfaatan AI Sesuai Etika Jadi Nilai Tambah Persaingan Bisnis
JAKARTA - Laporan tahunan Twilio yang bertajuk State of Personalization Report menyoroti perspektif dan prediksi dari para pemimpin bisnis di 12 negara dan dari berbagai sektor industri.
Edisi kelima ini menyebutkan bahwa 71 persen pemimpin bisnis di kawasan APAC, 65 persen di Amerika Utara, 58 persen di Amerika Selatan, dan 55 persen di Eropa, mengatakan mereka akan berinvestasi atau mengadopsi model pembelajaran mesin untuk menganalisis perilaku pelanggan dan membuat prediksi.
Di sektor industri apa pun, AI telah sangat lazim digunakan, dan 89 persen responden termasuk 82 persen responden di Asia Pasifik, percaya bahwa pemanfaatan AI sesuai etika dapat menjadi keunggulan kompetitif mereka.
Selaras dengan ini, lebih dari separuh (54 persen) pemimpin bisnis mengatakan bahwa mereka mengatasi kekhawatiran konsumen seputar privasi data dan pertimbangan etika dalam AI dengan menerapkan kontrol privasi yang kuat.
Baca juga:
- Komisi Eropa Tuding Microsoft Lakukan Monopoli atas Penggabungan Teams dengan Office
- Begini Respon Pakar Siber Kaspersky terhadap Ransomware yang Menyasar PDNS
- Palo Alto Networks Memperkenalkan Prisma SASE 3.0 dengan Kemampuan Lebih Canggih
- Apple Tolak Kemitraan Meta untuk Hadirkan Chatbot AI di iOS 18
Laporan ini juga menemukan bahwa hampir setengah (49 persen) responden mengaku bahwa mereka akan lebih mempercayai brand yang secara terbuka mengungkapkan penggunaan data pelanggan dan interaksi yang didukung oleh AI.
"Dalam dunia pemasaran, personalisasi adalah hal yang sangat penting. Konsumen saat ini tidak hanya mengharapkan brand untuk memahami mereka, tetapi mereka juga ingin brand mengantisipasi kebutuhan mereka. AI membuat hal tersebut menjadi kenyataan," ujar Robin Grochol, VP Product Management Twilio.