Rencana Pascaperang Israel akan Digulirkan Dalam Beberapa Hari Mendatang di Gaza Utara

JAKARTA - Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi mengatakan, rencana negara itu untuk "hari setelah Hamas" akan mulai diimplementasikan di Gaza utara dalam beberapa hari mendatang.

Berbicara di Konferensi Herzliya Universitas Reichman, Hanegbi mengatakan rencana Israel Defense Forces telah "dipertajam" dalam beberapa minggu terakhir, dan "kita akan melihat ekspresi praktis dari rencana ini" dalam waktu dekat.

"Kita tidak perlu menunggu Hamas lenyap, karena ini adalah proses yang panjang," kata Hanegbi, melansir The Times of Israel 25 Juni.

Diketahui, Pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah dikecam selama berbulan-bulan, karena keengganannya untuk mengimplementasikan rencana untuk menggantikan Hamas.

Hanegbi berpendapat, proses untuk menggantikan Hamas adalah kunci kemenangan jangka panjang di Gaza

"Kita tidak bisa menyingkirkan Hamas sebagai sebuah ide, di sana kita membutuhkan ide alternatif," katanya.

Alternatif itu, lanjutnya, pemerintahan yang didasarkan pada penduduk setempat yang bersedia hidup berdampingan dengan Israel. Mereka harus didukung oleh negara-negara Arab moderat, katanya.

"Begitu kemampuan Hamas untuk mengoperasikan sistem militer dan sipilnya seperti yang bisa dilakukannya pada tanggal 7 Oktober direnggut, akan ada lebih banyak kemampuan bagi negara-negara yang ingin melihat alternatif pemerintahan selain Hamas di Gaza, dengan kepemimpinan lokal di Gaza, untuk bergabung dalam proses ini," jelasnya.

"Hal ini mulai terlihat sekarang," tandasnya.

Mengenai sandera warga Israel di Gaza, Hanegbi mengatakan dia setuju waktu tidak berjalan sesuai keinginan para sandera, tetapi menyatakan optimisme bahwa upaya saat ini untuk mencapai kesepakatan akan berhasil.

"Saat ini tekanan internasional yang besar ada pada Hamas; ada kemungkinan hal itu akan berhasil," jelasnya, seraya menambahkan bahwa Qatar juga berada di bawah tekanan untuk membuat pimpinan kelompok militan itu mendukung proposal yang diajukan oleh Presiden AS Joe Biden pada tanggal 31 Mei.

Hanegbi menyebut tawaran itu sebagai "proposal Israel."