Kabar Soal Data Sidik Jari 'Inafis' Dijual Seribu Dolar, Polri Bilang Begini
JAKARTA - Polri bakal memastikan kebenaran mengenai data Inafis atau Indonesia Automatic Fingerprint Identification System yang diperjual-belikan di situs gelap atau dark web.
Diketahui, data yang diperjual-belikan itu mencakup data sensitif seperti gambar sidik jari, email, dan aplikasi SpringBoot dengan properti konfigurasi.
"Nanti kita mitigasi, kita cek kembali karena ini menjadi isu-isu yang lagi menarik saat ini," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Shandi Nugroho kepada wartawan, Selasa, 25 Juni.
Tak hanya itu, Polri juga akan menggandeng pihak terkait lainnya. Sehingga, permasalah dugaan tindak pidana siber tersebut dapat diselesikan secara tuntas.
"Yang pasti bahwa polri akan bekerja sama dengan stake holder lainnya untuk bisa menuntaskan permasalahan ini," kata Shandi.
Dugaan jual-beli data Inafis itu diunggah oleh akun X @FalconFeedsio. Dalam postingan yang menyertakan tangkapan layar situs gelap tersebut juga menyoroti tawaran untuk menjual data yang disusupi ini seharga 1000 dolar AS atau sekitar Rp16,4 juta.
Menanggapi isu tersebut, Ketua Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian, dan mengonfirmasi bahwa data yang bocor adalah data lama.
Baca juga:
- Dari Semua Provinsi, Penduduk Jabar Paling Rajin Main Judi Online, Transaksinya Capai Rp3,8 Triliun
- Firli Bahuri Bantah Terima Rp1,3 Miliar dari SYL: Bohong!
- Walau Ada Bukti, SYL Akui Tak Pernah Titip Rp2 Miliar ke KPK
- Peringatan Alexander Marwata ke Penyidik Harun Masiku: Terima Perintah dari Luar, Saya Pecat!
“Jadi tentu kita cross-check, kita konfirmasi dengan Kepolisian. Apa benar ini data kalian? Mereka bilang itu ada data, memang data lama. Itu sementara jawaban mereka,” ujar Hinsa