SDA Nikel Indonesia Terbesar di Dunia, Sri Mulyani Optimis Tanah Air Jadi Pemain Utama Baterai Kendaraan Listrik
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia memiliki potensi besar sebagai pemain utama di dunia dalam industri battery electric vehicle (BEV). Hal ini didukung oleh cadangan sumber daya nikel yang dimiliki Indonesia.
Seperti diketahui, Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) nikel terbesar di dunia. Adapun nikel merupakan bahan baku industri baterai dan pengembangan mobil listrik.
Karena SDA yang melimpah itu, kata Sri Mulyani, Indonesia dianggap sebagai pusatnya nikel. Bahkan di beberapa artikel internasional menggambarkan suatu sisi ketergantungan terhadap nikel yang meningkat.
"Indonesia sebagai negara yang menghasilkan nikel dengan reserve dan produksi terbesar jelas merupakan negara yang sekarang menjadi pusat perhatian terhadap pembangunan dari battery electric vehicle," katanya dalam keterangan resmi, Selasa, 16 Maret.
Untuk itu, kata Sri Mulyani, Pemerintah Indonesia berkomitmen memanfaatkan tren teknologi yang diprediksi akan semakin meningkat ke depannya ini. Apalagi, sekarang kesadaran masyarakat dunia terhadap lingkungan semakin meningkat.
Baca juga:
- Holding BUMN Baterai Itu Diberi Nama IBI, Katanya Diresmikan Juni
- Uni Eropa Gugat Indonesia Soal Perdagangan Nikel, Gara-Gara Tesla?
- Sri Mulyani: 1 Hari Itu 24 Jam, Jadi Meski Kamu Anak Chairul Tanjung, Tidak Mungkin Jadi 35 Jam
- Rayuan Maut Sri Mulyani kepada DPR Demi Memuluskan Investasi Mobil Listrik di Indonesia
"Maka mulai dibicarakan mengenai tren kendaraan bermotor yang mengalami transformasi sangat cepat, terutama berubah dari bahan bakar fosil kemudian menjadi bahan bakar yang terbarukan atau disebut sebagai battery electric vehicle yang diperkirakan akan mendominasi keseluruhan kendaraan bermotor di seluruh dunia," tuturnya.
Pemerintah Indonesia juga berkomitmen secara global di bidang perubahan iklim dengan menurunkan jumlah emisi gas rumah kaca atau CO2. Untuk itu, pemerintah berupaya menurunkan emisi yang bersumber dari sektor transportasi dengan mendorong pengembangan sektor industri kendaraan bermotor berbasis listrik.
"Kita akan menurunkan 29 persen dari emisi CO2 kita dengan usaha sendiri atau kita akan menurunkan CO2 sebesar 41 persen pada 2030 apabila ada dukungan dan kolaborasi internasional. Kita akan membangun dan terus meningkatkan daya saing dari industri otomotif yang berbasis baterai," jelasnya.