Menurut Penelitian, Bulan Purnama Ternyata Pengaruhi Ritme Sirkadian dan Kesehatan Jantung
YOGYAKARTA – Astronomi punya peran besar dalam ilmu pengetahuan. Termasuk memunculkan kepercayaan umum tentang bulan purnama. Bulan purnama, kalau dalam astrologi banyak dipercaya memengaruhi suasana hati. Tetapi bagaimana dengan sains? Ternyata, bulan purnama juga memengaruhi banyak hal, termasuk ritme sirkadian dan kesehatan jantung.
Pengaruh bulan purnama pada kesehatan mental
Hampir 81 persen ahli kesehatan mental percaya bahwa bulan purnama dapat membuat orang sakit, dilansir Healthline, Rabu, 19 Juni. Meski begitu, hanya sedikit ilmu pengetahuan yang mendukung teori bahwa bulan purnama menyebabkan peningkatan pesat dalam jumlah kunjungan ke ruang gawat darurat atau penerimaan pasien di unik kesehatan mental.
Selama berabad-abad, para dokter dan filsuf menyalahkan perubahan perilaku akibat perubahan posisi bulan. Ahli hukum terkenal di Inggris, William Blackstone misalnya. Ia menulis bahwa manusia memperoleh dan kehilangan kemampuan berpikir sesuai dengan fase pergeseran bulan.
Pengaruh bulan purnama pada kondisi biologis
Pada tahun 1970-an, psikiater Arnold Lieber berteori bahwa bulan memengaruhi “gelombang biologis” tubuh dan mengubah perilaku manusia sehingga menyebabkan peningkatan angka kekerasan dan pembunuhan. Selain itu, pasang surut air laut naik dan turun seiring dengan fase bulan, dan beberapa spesies laut, termasuk karang, cacing penghuni laut, dan beberapa ikan, memiliki siklus reproduksi yang kira-kira bertepatan dengan siklus bulan.
Pengaruh bulan purnama pada sistem sirkadian
Menariknya lagi, sebuah penelitian tahun 2021 menemukan bahwa orang tertidur lebih larut dan kurang tidur secara kesleuruhan pada malam sebelum bulan purnama. Penelitian lain juga menunjukkan, bulan purnama mungkin berkaitan dengan kurang tidur nyenyak dan peningkatan latensi REM (rapid eye movement).
Penting diketahui, latensi tidur adalah periode antara saat Anda pertama kali tertidur hingga saat Anda memasuki tahap pertama tidur REM. Jadi, peningkatan latensi berarti dibutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai tidur REM. Penyebab lain latensi tidur REM, meliputi apnea tidur, penggunaan alkohol, dan beberapa obat. Tidur paling nyenyak, terjadi tepat sebelum tidur REM dimulai. Bagi wanita dan pria, akan berbeda.
Penelitian lain, tahun 2015 terhadap 205 orang menemukan bahwa bulan purnama dapat mempengaruhi tidur secara berbeda pada pria dan wanita. Banyak wanita yang tidur lebih sedikit dan mengalami tidur REM lebih sedikit ketika fase bulan purnama sudah dekat. Sedangkan pada pria, mengalami lebih banyak tidur REM menjelang bulan purnama.
Pada tahun 2016, sekelompok peneliti meneliti siklus tidur anak-anak di 12 negara. Mereka menemukan bahwa anak-anak tidur 1 persen lebih sedikit selama fase bulan purnama. Namun, mereka tidak menemukan hubungan apa pun antara perubahan pola tidur ini dan perbedaan perilaku yang signifikan selama periode tersebut.
Ketiga penelitian di atas, berbeda dengan temuan penelitian tahun 2015 yang melibatkan 2.125 orang. Penelitian ini tidak menemukan hubungan antara bulan purnama dan perubahan pola tidur.
Baca juga:
- Kapan Waktu yang Tepat Liburan ke Bromo? Ini 4 Rekomendasi Bulannya
- 7 Souk yang Wajib Dikunjungi di Saudi untuk Pengalaman Belanja yang Tak Terlupakan
- Apa itu Ritme Sirkadian? Pentingnya Memahami Jam Kerja Biologis Tubuh
- Night eating Syndrome: Gangguan Makan Berlebih saat Tengah Malam yang Bisa Sebabkan Masalah Kesehatan
Pengaruh bulan purnama pada penderita gangguan bipolar dan depresi
Kaitan antara ritme sirkadian dan bulan purnama, terjadi ketika tubuh manusia beradaptasi dengan paparan sinar matahari dan kegelapan selama ribuan tahun. Hal ini menyebabkan berkembangnya ritme sirkadian yang memengaruhi banyak sistem tubuh. Artinya, cahaya dari sinar matahari dan bulan, tidak hanya memengaruhi siklus bangun-tidur. Tetapi juga kesehatan fisik dan mental. Ketika ritme sirkadian tidak seimbang, menyebabkan peningkatan gejala gangguan kesehatan mental tertentu. Antara lain kecemasan, gangguan bipolar, depresi, dan skizofrenia.
Meski dua penelitian tidak menemukan hubungan antara bulan purnama dan kondisi kejiwaan selama empat fase bulan purnama. Tetapi bulan purnama mungkin akan memengaruhi penderita gangguan bipolar. Secara khusus, sebuah studi tahun 2018 meneliti 17 orang yang gangguan bipolarnya cenderung berubah dengan cepat dari depresi menjadi mania.
Pengaruh bulan purnama pada kesehatan kardiovaskular
Dalam sebuah studi tahun 2013 terhadap mahasiswa laki-laki, para peneliti mengukur efek perubahan siklus bulan pada sistem kardiovaskular partisipan. Mereka menemukan bahwa tekanan darah turun sekitar 5 mmHg selama fase bulan baru dan bulan purnama. Para siswa juga mengikuti tes langkah. Detak jantung dan tekanan darah mereka lebih rendah selama bulan purnama dan bulan baru. Ditambah lagi, detak jantung mereka kembali ke tingkat normal lebih cepat selama bulan purnama dan bulan baru. Dalam studi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa manusia lebih efisien secara fisik selama bulan purnama dan bulan baru.
Itulah sejumlah penelitian dan temuannya yang ternyata bulan purnama berkaitan dengan berbagai kondisi manusia, termasuk kondisi fisik, biologis, dan mental.