Penjelasan Sains, Kenapa saat Hujan Enak untuk Rebahan dan Perasaan Lebih Sensitif?
Ilustrasi hujan enak untuk rebahan dan efek lainnya menurut sains (Freepik/Benzoix)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Curah hujan mulai meninggi di Indonesia wilayah barat saat ini. Aspek pola hidup perlu disesuaikan dengan kondisi tersebut. Seperti menjaga kekebalan tubuh agar tak mudah terserang flu atau memakai pakaian hangat jika berangin. Selain itu, hujan juga membuat perasaan lebih lembut dan enak untuk rebahan, malas-malasan, hingga melamun. Apakah Anda merasakannya juga? Anda tak sendiri, karena ternyata, ada penjelasan secara sains tentang hal tersebut.

Perasaan yang lembut dan sedikit mengantuk ketika seharian hujan, dikaitkan dengan jam biologis dan ritme sirkadian tubuh, dilansir GreenMatters, Jumat, 14 Oktober. Selain itu, keadaan emosional, suara hujan, tingkat kelembapan, dan rendahnya sinar ultraviolet berkontribusi pada kondisi tubuh yang enak diisi dengan rebahan.

Rintik hujan yang ritmis dapat menyebabkan rasa kantuk. Ini karena hujan menciptakan ritme yang disebut ‘derau merah muda’. Ritme tersebut merupakan frekuensi suara yang dapat didengar manusia dan mendistribusikan energi sehingga mungkin menjadi alat bantu tidur.

hujan enak untuk rebahan dan efek lainnya menurut sains
Ilustrasi hujan enak untuk rebahan dan efek lainnya menurut sains (Freepik/nakaridore)

Bukankah musik lanskap rintik hujan juga membantu perasaan tenang dalam sesi meditasi atau musik-musik yang membantu tidur? Selain hujan, derau merah muda juga dihasilkan oleh suara angin, daun-daun bergesekan, angin, dan detak jantung.

Sebuah penelitian tahun 2012, Pink Noise: effect on complexity synchronization of brain activity and sleep consolidation, menunjukkan bahwa derau merah muda mengurangi gelombang otak sehingga sangat efektif sebagai alat bantu tidur.

Ditambah lagi penelitian tahun 2011 yang menemukan bahwa suasana mendung membuat orang jadi lebih temperamen. Mereka mudah marah sebesar 9 persen daripada cuaca cerah. Hal ini sering disebabkan kurangnya sinar ultraviolet dan memengaruhi turunnya serotonin, atau hormon kebahagiaan. Pada akhirnya, hujan membuat sedih, sensitif, dan mudah marah.

Kelembapan saat hujan juga melelahkan secara fisik karena mekanisme yang digunakan tubuh untuk menjaga dirinya tetap dingin, menurut Dr Michelle Drerup, Direktur Behavioral Sleep Medicine di Cleveland Clinic. Saat hujan juga secara tak langsung memerintah seseorang untuk bertahan di satu tempat sehingga ini terasa melelahkan.

Drerup menyarankan untuk mendapatkan cahaya 10.000 lux dalam terapi cahaya agar ‘membangunkan’ Anda dari suasana yang enak untuk rebahan saat hujan. Saran lainnya, lakukan olahraga ringan seperti berjalan-jalan sekitar tempat kerja, atau lingkungan aktivitas Anda. Karena menurut Drerup, peningkatan aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan energi, selain juga penting terhidrasi cukup.