Tank-tank Israel Masih Berpatroli di Rafah di Tengah Ketidakpastian Gencatan Senjata Gaza

JAKARTA - Tank-tank Israel merangsek lebih jauh ke wilayah barat Rafah di tengah serangan yang memaksa banyak keluarga meninggalkan rumah dan tenda mereka dalam kegelapan.

Warga mengatakan pasukan Israel bergerak menuju kawasan Al-Mawasi di Rafah dekat pantai, yang ditetapkan sebagai kawasan kemanusiaan dalam semua pengumuman dan peta yang diterbitkan oleh tentara Israel sejak mereka memulai serangan Rafah pada Mei.

Militer Israel membantah melancarkan serangan apa pun di dalam zona kemanusiaan Al-Mawasi.

Dilansir Reuters, Kamis, 13 Juni, Israel mengatakan serangannya bertujuan untuk melenyapkan unit tempur terakhir Hamas yang masih utuh di Rafah, sebuah kota yang menampung lebih dari satu juta orang sebelum serangan terakhir dimulai. Kebanyakan dari mereka kini telah pindah ke utara menuju Khan Younis dan Deir Al-Balah di Jalur Gaza tengah.

Militer Israel mengatakan dalam pernyataan mereka melanjutkan “operasi yang ditargetkan dan berbasis intelijen” di Rafah, dengan mengatakan pasukan Israel telah menemukan senjata dan membunuh orang-orang bersenjata Palestina dalam pertempuran jarak dekat.

Selama sehari terakhir, militer mengatakan menyerang 45 sasaran di Jalur Gaza dari udara, termasuk bangunan militer, sel militan, peluncur roket, dan terowongan.

Israel mengesampingkan perdamaian sampai Hamas dibasmi, dan sebagian besar wilayah Gaza hancur. Namun Hamas telah terbukti tangguh, dengan para militan muncul kembali untuk berperang di daerah-daerah di mana pasukan Israel sebelumnya menyatakan telah mengalahkan mereka dan kemudian mundur.

Kelompok tersebut menyambut baik usulan gencatan senjata baru AS namun membuat beberapa amandemen, menegaskan kembali pendiriannya perjanjian apa pun harus mengakhiri perang, sebuah tuntutan yang masih ditolak Israel.

Israel menggambarkan tanggapan Hamas terhadap proposal perdamaian baru AS sebagai penolakan total. Namun upaya untuk mencapai kesepakatan masih terus berlanjut, menurut mediator Qatar dan Mesir, yang didukung oleh Amerika Serikat.

Sejak gencatan senjata singkat selama seminggu pada November 2023, upaya berulang kali untuk mengatur gencatan senjata telah gagal, dengan Hamas bersikeras untuk mengakhiri perang secara permanen dan penarikan penuh Israel dari Gaza.