Skandal Otomotif Jepang Membesar: Tak Hanya Toyota, Honda, Mazda, Suzuki, hingga Yamaha Ikut Terseret!
JAKARTA - Dunia otomotif Jepang tengah dilanda badai skandal manipulasi uji coba kendaraan. Setelah Toyota menjadi sorotan utama berbulan-bulan, kini raksasa otomotif lainnya seperti Honda, Mazda, Yamaha Motor, dan Suzuki Motor juga mengakui adanya pelanggaran dalam proses pengujian.
Skandal ini turut berdampak pada bursa saham. Saham Toyota, dilansir Reuters, 4 Juni, pada penutupan turun 1,8 persen, sementara saham Mazda pun merosot 3,3 persen.
Kasus Berbeda, Dampak Sama
- Mazda: Produsen mobil ini mengakui adanya ketidakberesan pada pengujian mesin model Roadster RF dan Mazda2. Pengujian tabrak untuk tiga model lama mereka (Atenza, Axela, dan Mazda6) juga dikonfirmasi telah dimanipulasi.
- Honda: Honda mengakui adanya kesalahan dalam pengujian dan hasil untuk 22 model mereka yang sudah tidak lagi diproduksi. CEO Honda Toshihiro Mibe meminta maaf secara mendalam atas kelalaian ini. Ia berjanji untuk meningkatkan prosedur dan dokumentasi pengujian agar kejadian serupa tidak terulang.
- Suzuki: Sama seperti produsen lain, Suzuki juga mengakui adanya manipulasi data pada satu model mereka. Kesalahan Suzuki jauh lebih kecil, hanya melibatkan Suzuki Alto LCV produksi 2014-2017. Jarak henti yang diukur dalam pengujian aktual lebih jauh daripada yang dilaporkan Suzuki, akibat tekanan pedal rem yang lebih rendah dari yang dibutuhkan saat pengujian. Alih-alih mengulang uji coba, Suzuki malah mengubah angkanya.
- Yamaha: Pabrikan motor ternama ini mengakui adanya ketidakberesan dalam pengujian model sport mereka, YZF-R1.
Baca juga:
Skandal ini tidak hanya berdampak pada citra masing-masing pabrikan, tetapi juga memicu pertanyaan mengenai sistem pengujian sertifikasi kendaraan di Jepang.
Dalam beberapa kasus, para teknisi justru membuat kondisi pengujian lebih berat dari standar regulasi. Hal ini dilakukan semata-mata untuk meningkatkan kepercayaan terhadap keamanan kendaraan. Presiden Toyota, Akio Toyoda, melihat adanya kesenjangan antara standar regulasi dan ekspektasi para pekerja di lapangan.
"Meskipun Toyota tetap melanggar aturan, saya rasa ini menjadi kesempatan baik bagi pemerintah dan produsen otomotif untuk berdiskusi," ujar Toyoda, dilansir dari Japan Times, 4 Juni.
Diskusi tersebut diharapkan dapat mengurangi kesenjangan dalam sistem pengujian sertifikasi.
Skandal manipulasi uji coba ini tentunya menjadi pukulan telak bagi reputasi industri otomotif Jepang yang selama ini dikenal dengan standar tinggi dan ketelitiannya. Para pabrikan yang terlibat dituntut untuk mengambil langkah tegas guna mengembalikan kepercayaan konsumen. Selain itu, atas kasus ini Kementerian Perhubungan Jepang telah memerintahkan 85 produsen mobil di negara tersebut untuk memeriksa kembali dan melaporkan kemungkinan hasil tes yang dipalsukan.