Program Makan Siang Gratis Dikoreksi: Pelajaran bagi Publik, Janji Kampanye Politik Memang Tak Realistis

JAKARTA – Presiden terpilih Prabowo Subianto mengoreksi nama program andalannya, makan siang gratis menjadi makan bergizi gratis. Menurut pengamat, kejadian ini seharusnya menjadi pelajaran untuk para calon kontestasi politik maupun masyarakat.

“Saya ingin sedikit koreksi ya. Setelah kita pelajari, ternyata istilah tepat itu adalah makan bergizi gratis untuk anak-anak. Itu lengkapnya ya,” kata Prabowo.

“Karena kalau anak sekolah dasar umpamanya masuk pagi, dia kalau nunggu makan siang kan terlalu lama. Jadi harus pagi. Ya kan?” imbuh Ketua Umum Partai Gerindra ini.

Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai ini hal ini dilakukan karena program makan siang gratis yang digagas pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menuai banyak kritik tajam.

Calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto dan calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka di depan ratusan ribu massa pendukungnya dalam kampanye akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Sabtu (10/2/2024). (DOK. TKN Prabowo-Gibran)

Namun kejadian ini, dituturkan Karyono, seharusnya menjadi pelajaran agar mereka yang bertarung di kontestasi politik tidak mengumbar janji palsu, sedangkan masyarakat diharapkan untuk tidak terbuai dengan janji-janji kampanye.  

Sementara itu, Waketum Partai Gerindra Habiburokhman mengatakan, tim internal Prabowo Subianto mengkaji pengubahan nama program tersebut. Menurutnya, perubahan perlu dilakukan supaya waktunya bisa lebih fleksibel.

“Memang terus dikaji soal penamaan program. Saya termasuk yang mengusulkan perubahan istilah itu,” terang Habiburokhman.

Sulit Terealisasi

Makan siang gratis merupakan salah satu program andalan pasangan Prabowo-Gibran pada Pemilihan Presiden 2024. Makanya, setelah berhasil mengalahkan dua rivalnya, paslon 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan paslon 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD, janji makan siang gratis langsung ditagih.

Di sisi lain, program makan siang gratis ini menuai kritik dari berbagai kalangan. Butuh anggaran yang superbesar menjadi alasannya.

Dengan asumsi penerima manfaat sekitar 70,5 juta orang dan harga Rp15.000 per porsi, makan siang gratis bakal menyedot anggaran hingga ratusan triliun. Menurut hitungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) program ini senilai Rp185,2 triliun, sedangkan perhitungan Kemenko Perekonomian mencapai 257,2 triliun. Perhitungan dari kubu Prabowo sendiri lebih besar, mencapai Rp460 triliun.

Pengamat politik Karyono Wibowo mengatakan, makan siang gratis yang dijanjikan Prabowo-Gibran menemui sejumlah kesulitan untuk merealisasikannya sehingga menggantinya menjadi program makan bergizi gratis.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato menunjukkan menu makan siang gratis untuk pelajar di SMPN 2 Curug, Kabupaten Tangerang, Banten. (ANTARA/Azmi Samsul Maarif)

“Seperti yang sudah dikritik banyak pihak bahwa program ini tidak mudah, pasti akan kesulitan merealisasikannya karena anggaran yang sangat besar, akan menganggu pos-pos anggaran pembangunan lain yang lebih substansial,” kata Karyono kepada VOI.

Hal ini, menurut Karyono sejatinya menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Bagi elite politik yang maju kontestasi elektoral, baik itu capres cawapres maupun kepala daerah seharusnya membuat program kampanye yang realistis, yang bisa diwujudkan, serta dipertimbangkan kemampuan anggaran untuk merealisasikan program tersebut. Sementara masyarakat juga jangan mudah tergiur dengan janji-janji kampanye.

“Ini seharusnya menjadi pembelajaran bagi para kandidat, jangan asal bikin program yang serba gratis. Jangan menipu rakyat dalam membuat janji kampanye,” tegasnya.

“Masyarakat kita juga harus kritis jangan tergiur dengan janji-janji kampanye yang tidak bisa direalisasikan. Jangan tergoda janji kampanye yang akhirnya masyarakat juga yang dirugikan,” katanya lagi.

Program Tidak Mendidik

Perubahan istilah dari makan siang gratis menjadi makan bergizi gratis tidak lantas membuat program ini luput dari perhatian. Bukan hanya soal anggaran, program ini juga bakal menghadapi tantangan mulai dari penyediaan bahan makanan sampai pendistribusian dan pengawasan di lapangan.

Bahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengatakan akan memonitor program makan bergizi gratis tersebut, karena bakal menggunakan anggaran negara yang tidak sedikit.

“Ketika program ini digeser menjadi makan bergizi gratis, harus jelas anggarannya dari mana, harus dikaji secara holistik dari sisi anggaran, manfaat,” Karyono menuturkan.

“Jangan sampai program makan bergizi gratis mengorbankan program-program pembangunan yang lebih strategis," kata dia melanjutkan.

Pendukung TKN Pemilih Muda (Fanta) Prabowo-Gibran melakukan aksi saat peluncuran platfrom digital di depan gedung Fanta Headquarters Prabowo-Gibran, Menteng, Jakarta, Kamis (14/12/2023). (ANTARA/Galih Pradipta/aww)

Sebelumnya, Prabowo menekankan pembagian makan begisi dan susu gratis kepada anak sekolah Indonesia akan fleksibel tergantung tipologi daerah masing-masing. Sementara Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan setelah dinyatakan sebagai presiden terpilih, fokus Prabowo langsung tertuju pada perumusan program makan gratis.

Dasco mengatakan hingga kini belum ada pembahasan mengenai cara pengisian kabinet, sosok siapa yang akan mengisi, hingga jumlah menteri di kabinet. Selain itu, ia mengatakan masih butuh simulasi dan studi banding ke beberapa negara yang sudah sukses melaksanakan program serupa.

Namun, menurut Karyono pemberian makan gratis tidak menjawab kebutuhan mendasar masyarakat Indonesia. Alih-alih memberi makan gratis, menyediakan lapangan pekerjaan dengan upah yang layak dinilai lebih bermanfaat untuk masyarakat.

“Daripada umbar janji kampanye makan siang gratis, makan bergizi gratis, lebih baik pemerintahan Prabowo-Gibran fokus pada bagaimana membuat kebijakan yang bisa meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan daya beli masyarakat, menekan inflasi, dan lainnya,” tegasnya.

“Sehingga masyarakat tidak perlu diberikan yang gratis-gratis, melainkan masyarakat mampu membeli makan bergizi sendiri. Ini lebih penting ketimbang menyuapi masyarakat dengan makan gratis,” ucap Karyono.

Menurutnya, pemberian makan gratis bukan cara yang baik untuk mendidik masyarakat. Bukannya menyejahterakan, hal ini justru berpotensi menciptakan ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah.

“Program ini hanya akan membuat masyarakat manja,” pungkasnya.