Tiga Alasan Maliq & D’Essentials Masih Populer Setelah 22 Tahun
JAKARTA - Menjaga kekompakan dan konsistensi dalam berkarya bagi sebuah band menjadi esensial agar tetap diterima penikmat musik. Tidak banyak band yang masih konsisten menelurkan karya baru selama dua dekade dan tetap mempertahankan popularitasnya.
Maliq & D’Essentials jadi salah satu contoh band yang masih terus populer selama lebih dari dua dekade. Angga Puradiredja cs meraih kepopuleran lewat lagu-lagu dari “1st”, album debut yang dirilis di tahun 2005. Beberapa judul seperti “Untitled” dan “Terdiam” jadi andalan mereka.
Saat ini, Maliq & D’Essentials dikenal di kalangan anak muda lewat lagu-lagunya yang viral di media sosial, seperti “Aduh” dan “Kita Bikin Romantis”.
Menurut Angga, apa yang dicapai Maliq & D’Essentials saat ini tidak lepas dari hubungan antar personel yang berjalan baik. Dia menyebut faktor ini penting dalam 22 tahun perjalanan band.
“Kalau aku rasa, ada perjalanan tentunya di sana, sampai satu titik kita bisa menerima satu sama lain, karakteristik masing-masing (personel),” kata Angga Puradiredja di Senayan, Jakarta Selatan, Rabu, 29 Mei.
“Kedua, energi yang kita kasih satu sama lain. Energi manggung, energi musik itu kayaknya tiap anak memang butuh itu. Jadi, makin banyak kerjaannya, yang berarti makin banyak manggungnya, bukan makin kesal tapi makin senang,” sambungnya.
Angga menyebut poin kedua tersebut selalu berlaku selama 22 tahun perjalanan Maliq & D’Essentials.
Selanjutnya, Angga menyebut ada kesamaan cara pandang para personel untuk melihat masa depan band. Mereka mencoba untuk saling percaya satu sama lain.
“Terus ketiga, kita tuh maju bareng-bareng, jadi kita invest tuh semuanya bareng-bareng. Karena kita pikir satu band itu udah kenal lama, jadi kepercayaannya ada, pada saat ada peluang untuk lebih maju lagu ya kenapa tidak kita barengin aja,” tutur sang vokalis.
Baca juga:
“Nah, kebetulan ini berjalan terus secara konsisten,” imbuhnya.
Namun begitu, Angga tidak menampik adanya friksi dalam band. Baginya, yang terpenting adalah bagaimana melihat dan menghadapi permasalahan tersebut.
“Tapi ini bukan nggak ada friksi ya. 22 tahun sampai sekarang itu kan ada pergantian personel. Bagi kita itu bukan sesuatu yang buruk juga, itu sebatas “ada saat di fase ini, si orang ini punya energi yang lain atau yang lain jadi prioritas dia’. Yaudah, kita jalan lagi dengan yang ada, berkembang lagi bersama-sama sampai akhirnya bisa 22 tahun,” pungkas Angga Puradiredja.