Perkuat Digitalisasi Rantai Pasok, ID FOOD Siap Berperan Aktif jaga Ketahanan Pangan Regional Asia Tenggara
JAKARTA - Holding BUMN Pangan ID FOOD siap berperan aktif untuk menjaga ketahanan pangan regional Asia Tenggara. Salah satu upaya yang dilakukan dengan menjalankan digitalisasi supply chain innovation guna meningkatkan akses dan mewujudkan inklusifitas bagi petani, peternak, nelayan, dan UMKM.
Hal tersebut disampaikan Direktur Supply Chain Management (SCM) dan Informasi Teknologi (IT) ID FOOD Bernadetta Raras, Rabu, 22 Mei, di Jakarta. Menurutnya, digitalisasi menjadi poin utama untuk menjaga ketahanan pangan dan keberlanjutan pasokan serta distribusi pangan.
“Digitalisasi rantai pasok sangat penting terutama untuk memitigasi kondisi kedaruratan dan pembatasan, seperti yang pernah terjadi terjadi saat pandemi COVID-19 lalu. Saat itu kondisi produksi pertanian dan pergerakan rantai pasok pangan global terhambat sehingga mengakibatkan kelangkaan stok dan fluktuasi harga,” ujarnya.
Menurut Raras, belajar dari pengalaman pandemi COVID-19 lalu, digitalisasi rantai pasok di sektor pangan harus terus diperkuat. Seperti diketahui, di kawasan Asia Tenggara banyak petani dan pelaku usaha pangan menghadapi tantangan dalam menyampaikan produk mereka kepada konsumen, hal tersebut menyebabkan terbuangnya stok pangan/makanan dan hilangnya pendapatan.
“Penataan rantai pasok yang baik melalui digitalisasi dapat membuka seluas-luasnya akses bagi pelaku usaha pangan untuk mendistribusikan dan menjual produknya, serta mengurangi foodloss and waste dengan penguatan rantai pasok dingin,” ungkapnya.
Raras dalam paparannya yang disampaikan pada forum Food Security In Southeast Asia, pada 4-7 Mei 2024, di Kuala Lumpur, Malaysia, menyebutkan sejumlah langkah konkrit yang dilakukan ID FOOD untuk mendorong digitalisasi rantai pasok di Indonesia, di antaranya pengembangan platform Marketplace Warung Pangan yang merupakan pasar digital untuk menghubungkan pelaku usaha atau pemasok offline ke online.
Warung Pangan telah banyak membantu menghubungkan petani lokal dengan toko-toko kecil. platform ini menawarkan berbagai layanan dari mulai transaksi hingga pengantaran. Saat ini, jumlah mitra warung pangan tercatat lebih dari 10.000 UMKM tersebar di wilayah Indonesia.
Untuk menjaga integritas rantai pasok pertanian hulu-hilir, ID FOOD juga menjalankan program Makmur. Program ini merupakan bentuk kolaborasi BUMN lintas sektor, di mana ID FOOD bertindak sebagai koordinatornya. Program ini bertujuan untuk memberikan bantuan intensif kepada para petani, seperti pendampingan budidaya pertanian berkelanjutan, pemanfaatan teknologi pertanian, pendanaan, keamanan melalui asuransi, dan kepastian penyerapan serta kepastian pasar.
“Program Makmur bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani, dengan target partisipasi sebanyak bagi 2,5 juta petani dan 300.000 ha lahan garapan pertanian. Dari sisi produktivitas dan pendapatan, program Makmur diharapkan dapat meningkatkan produktivitas petani sekitar 10 persen dan pendapatan hingga 15 persen,” tuturnya.
Raras menambahkan, integrasi dan digitalisasi rantai pasok pangan yang dilakukan ID FOOD diharapkan dapat berkontribusi mengurangi beban logistik pendistribusian pangan. Pasalnya, berdasarkan data Kementerian Keuangan tahun 2023, biaya logistik di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia, yakni sebesar 23,5 persen PDB, dibandingkan dengan biaya logistik di Singapura sebesar 8 persen dan di Filipina sebesar 18 persen (sesama negara kepulauan). Indonesia, dengan lebih dari 17.000 pulau, merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia.
“Ada tantangan logistik yang kompleks. Faktor penyebab tingginya biaya logistik di Indonesia diantaranya jarak dan geografi, keterbatasan infrastruktur, tingginya biaya transportasi, dan kurangnya konektivitas,” paparnya.
Menurutnya, penguatan digitalisasi dan pemanfaatan teknologi rantai pasok dingin menjadi langkah terbaik untuk efisiensi biaya logistik. Dengan turunnya biaya logistik maka harga pangan nasional akan lebih kompetitif.
Baca juga:
Lebih lanjut Raras menjelaskan, selain digitalisasi dan pemanfaatan teknologi, penguatan rantai pasok pangan juga perlu didukung dengan pemenuhan regulasi seperti sertifikasi halal.
“Keamanan pangan tentunya juga berbicara tentang produk yang aman dikonsumsi dari aspek kepercayaan, dalam hal ini untuk masyarakat muslim produk yang akan dikonsumsi harus memenuhi kaidah halal,” tuturnya.
Sebagai negara muslim terbesar di kawasan Asia Tenggara, pemerintah Indonesia terus mendorong peningkatan sertifikasi produk halal. Menurutnya, ID FOOD mendukung upaya pemenuhan rantai pasok halal dengan edukasi melalui pelatihan halal dan fasilitasi sertifikasi produk pangan halal mitra UMKM.
“Dalam aktivitas bisnis, pemerintah Indonesia juga menjaga agar seluruh proses produksi memenuhi kaidah halal, mengingat sertifikasi halal juga harus mencakup seluruh tempat penyimpanan, area pengantaran dan seluruh peralatan yang menyentuh bahan mentah makanan hingga disajikan kepada pelanggan,” papar Raras.