JAKARTA - Pertemuan pelaku industri pergulaan Asia Tenggara 2024 atau The 6 th Meeting of ASEAN Sugar Alliance (ASA) resmi digelar di Indonesia, pada 24-25 Juni 2023. Kegiatan yang menghadirkan delegasi dari 8 negara tersebut diagendakan membahas sejumlah isu penting terkait tantangan, penguatan, dan keberlanjutan industri gula di wilayah Asia Tenggara atau ASEAN.
PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau Holding BUMN Pangan ID FOOD yang menjadi penyelenggara bersama Asosiasi Gula Indonesia (AGI) dalam forum tersebut menyuarakan urgensi swasembada serta pentingnya upscaling produksi gula melalui penerapan teknologi dan digitalisasi di seluruh tahapan rantai pasok.
Direktur Utama ID FOOD Sis Apik Wijayanto melalui keterangannya pada Selasa, 25 Juni di Jakarta, mengatakan, Holding BUMN Pangan ID FOOD memiliki konsen yang tinggi terhadap sektor pergulaan. Pasalnya, industri gula merupakan lini bisnis terbesar perseroan, di mana pada tahun 2023, lini bisnis gula berkontribusi 37 persen terhadap keseluruhan pendapatan ID FOOD Group.
“Entitas bisnis ID FOOD sendiri mengelola 7 pabrik di Jawa Barat dan Jawa Timur, dengan lahan yang garapan sebanyak 55 ribu ha baik lahan yang berstatus HGU maupun kemitraan, serta berkontribusi sekitar 270 ribu ton gula setiap tahun. ID FOOD tahun ini menargetkan produksi gula di angka 296 ribu ton, atau tumbuh 13 persen dibandingkan pencapaian tahun 2023,” paparnya.
Selain penting bagi keberlanjutan bisnis perseroan, pertumbuhan industri gula juga penting untuk pemenuhan kebutuhan permintaan gula nasional dan regional.
“Gula juga merupakan komoditas pangan strategis yang penting dengan tingkat konsumsi yang terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Seperti diketahui bersama, angka produksi gula di Indonesia baru dapat memenuhi 66,7 persen jumlah kebutuhan konsumsi gula dalam negeri,” ujarnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka upaya mewujudkan swasembada gula perlu terus didorong dan disuarakan, terutama di negara-negara regional yang masih mengalami ketergantungan pasokan gula yang tinggi. Menurutnya, pemerintah Indonesia sendiri saat ini semakin serius untuk terwujudnya swasembada gula, ditandai dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023, tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).
Untuk mendorong swasembada gula, Sis Apik mengaku ID FOOD siap melakukan kolaborasi melalui kerja sama pengembangan, pendistribusian, dan investasi dengan para pelaku usaha pergulaan ASEAN.
“Saat ini ID FOOD telah melakukan musim giling diseluruh pabrik gula yang kami miliki, dan kami sangat terbuka bagi seluruh pelaku industri gula yang hadir dalam forum ASA untuk mengunjungi pabrik gula kami, sekaligus membuka kesempatan selebar lebarnya untuk berkolaborasi dan berinvestasi,” tuturnya.
Ia berharap, dengan kolaborasi lintas regional yang baik, ASEAN memiliki ketahanan pangan yang kuat khususnya untuk komoditas gula. Lebih dari itu, diharapkan negara-negara ASEAN dapat tumbuh dan berkontribusi sebagai pemasok utama kebutuhan gula dunia.
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi yang turut hadir dalam forum ASA mengajak pelaku usaha gula se-Asia Tenggara untuk semakin memperkuat implementasi prinsip Environment, Social, and Governance (ESG).
BACA JUGA:
"Kondisi dunia sekarang ini penuh tantangan. Untuk itu, adanya forum ASEAN Sugar Alliance pada hari ini dapat menjadi wadah dalam berbagi pengetahuan, bertukar pandangan, dan berkolaborasi mengenai isu dan kondisi terkini. Mengingat ini merupakan kesempatan berharga untuk bertukar pengetahuan guna mengembangkan kebijakan, inovasi, dan teknologi," terang Arief.
Dalam forum tersebut AGI juga turut memaparkan mengenai statistik dan tantangan industri gula Indonesia, diantaranya tantangan infrastruktur pabrik gula, hilirisasi, integrasi industri gula, energi, dan bioethanol, serta pertumbuhan areal Perkebunan tebu, serta riset dan inovasi yang harus terus ditingkatkan.
Adapun The 6th Meeting of ASEAN Sugar Alliance digelar selama dua hari dari 24-25 Juni 2024, di Jakarta. Pertemuan dihadiri oleh perwakilan pemerintahan dan pelaku industri gula dari 8 negara, seperti Indonesia sebagai negara tuan rumah, Laos, Malaysia, Myanmar, Philippines, Thailand, Vietnam, dan Australia.