Sebut Presiden Baru Taiwan "Memalukan", Menlu Wang Yi: Tidak Ada yang Bisa Menghentikan Reunifikasi
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Wang Yi mengatakan, tidak ada yang bisa menghentikan China mencapai reunifikasi dan membawa pulang Taiwan ke tanah airnya, saat ia mengkritik presiden negara itu yang dilantik Hari Senin.
Berbicara pada pertemuan para menteri luar negeri Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Kazakhstan, Menlu Wang mengatakan Taiwan adalah "inti dari masalah inti" bagi China, dan aktivitas kemerdekaan merupakan faktor paling merusak perdamaian di Selat Taiwan.
"Tindakan buruk Lai Ching-te dan orang lain yang mengkhianati negara dan nenek moyang mereka adalah hal yang memalukan," kata Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengutip perkataan Menlu Wang, dilansir dari Reuters 22 Mei.
Negeri Tirai Bambu, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya, percaya Lai adalah seorang "separatis" dan menolak tawaran pembicaraannya.
Pemerintah Beijing umumnya menghindari menyebut nama Lai secara langsung sejak ia memenangkan Pemilu pada bulan Januari, tidak seperti menjelang pemungutan suara di mana mereka sering mencela namanya dan mengatakan Pemilu tersebut adalah pilihan antara perang dan perdamaian.
Tidak ada yang bisa menghentikan Tiongkok untuk mencapai "reunifikasi" dan membawa Taiwan "kembali ke tanah airnya," kata Menlu Wang.
"Semua separatis kemerdekaan Taiwan akan dipakukan pada pilar rasa malu dalam sejarah," tambahnya.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan praktik pemaksaan yang dilakukan Tiongkok tidak akan mempengaruhi Taiwan.
"Pemaksaan politik dan penindasan diplomatik oleh pemerintah otoriter Tiongkok tidak akan pernah mengubah keyakinan teguh demokrasi Taiwan," katanya.
Presiden Lai, seperti pendahulunya Tsai Ing-wen, mengatakan hanya rakyat Taiwan yang dapat menentukan masa depan mereka, dan menolak klaim kedaulatan Beijing.
Dalam pidato pelantikannya pada Hari Senin, Presiden Lai meminta China untuk menghentikan ancaman militer dan politiknya, mengatakan perdamaian adalah satu-satunya pilihan dan Beijing harus menghormati pilihan rakyat Taiwan.
Ia kemudian mendapat tepuk tangan meriah setelah menegaskan kembali, Republik Tiongkok, nama resmi Taiwan, dan Republik Rakyat Tiongkok "tidak saling tunduk", pernyataan yang juga dikatakan pendahulunya Tsai.
Baca juga:
- Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi Dimulai di Tabriz Hari Ini, Begini Rangkaiannya hingga Kamis
- Iran Tunjuk Jenderal Senior Pimpin Penyelidikan Kecelakaan Helikopter Presiden Raisi, Rusia Siap Bantu
- Kecam Permohonan Surat Perintah Penangkapan Pemimpin Israel oleh ICC, Presiden Biden: Yang Terjadi Bukan Genosida
- Ayatollah Ali Khamenei Bakal Pimpin Doa Pemakaman Hari Rabu, Presiden Raisi Dimakamkan di Kampung Halaman
China memandang kata-kata seperti itu sama saja dengan mengatakan Tiongkok dan Taiwan adalah negara yang berbeda, sebuah garis merah bagi Beijing.
Tiongkok mengatakan setiap langkah Taiwan untuk mendeklarasikan kemerdekaan formal akan menjadi dasar untuk menyerang pulau tersebut.
Diketahui, Pemerintah di Taipei mengatakan Taiwan sudah menjadi negara merdeka, Republik Tiongkok. Pemerintah Republik melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949, setelah kalah dalam perang saudara dengan komunis pimpinan Mao Zedong yang mendirikan Republik Rakyat Tiongkok.