JAKARTA - Rangkaian upacara pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi, Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian dan seluruh korban tewas kecelakaan helikopter dimulai di Kota Tabriz pada Hari Selasa.
Pemerintah Iran telah mengatur sejumlah rangkaian upacara pemakanan seluruh korban dengan puncaknya yakni pemakaman mendiang Presiden Raisi, yang pernah dipandang sebagai calon penerus Pemimpin Tertinggi Ayatollah Khamenei.
Hari ini, rangkaian dimulai dengan doa dan penghormatan di Kota Tabriz, kota terbesar di wlayah pegunungan barat laut Iran, tempat kecelakaan helikopter terjadi, menurut Kepala Komite Perencanaan Pemakaman dan Wakil Presiden Urusan Eksekutif Mohsen Mansouri, melansir CNN 21 Mei.
Masih di Hari Selasa, selesai dari Tabriz, jenazah para korban akan dipindahkan ke kota suci Syiah Qom, tempat banyak ulama Iran menimba ilmu, yang membentuk elit teokratis Iran dilatih. Upacara pemakaman di Kota Qom digelar pukul 16:00 sore dari tempat suci Hazrat Masoumeh ke Masjid ke Masjid Jamkaran, dikutip dari IRNA.
Dari Tabriz, jenazah dibawa ke Teheran. Perpisahan dengan jenazah para syuhada pada Hari Selasa pukul 21.00 di Masjid Grand Mosalla, Teheran.
Setelahnya, salat jenazah para syuhada dan prosesi penguburan dengan kehadiran masyarakat di Teheran dimulai pada Rabu pagi, dari Universitas Teheran menuju Lapangan Azadi.
Hojjatoleslam Mahmoud Hosseini, direktur kantor lokal Organisasi Dakwah Islam Iran di Tabriz mengatakan, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bakal memimpin salat jenazah dan doa di Teheran.
Adapun upacara penghormatan para syuhada dengan kehadiran pejabat tinggi asing akan digelar pada Hari Rabu sekitar pukul 16.00.
Terpisah, upacara perpisahan masyarakat di Provinsi Khorasan Selatan dengan jenazah mendiang Presiden Raisi digelar Hari Kamis mulai pukul 8:00 pagi di Birjand.
Rencananya, upacara pemakaman dan penguburan mendiang Presiden Ebrahim Raisi akan digelar pada Kamis siang di kota suci Masyhad.
BACA JUGA:
Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vahdidi menyebutkan hari ini, Iran berduka atas meninggalnya presiden yang dicintai, populer, dan rendah hati.
Bangsa Iran berduka atas meninggalnya seorang menteri luar negeri yang meninggalkan diplomasi aktif di saat-saat kritis perlawanan sebagai warisannya, kata Vahidi.
"Kami memiliki pendaratan yang buruk dalam hal ini, namun kami akan bangkit dengan cemerlang," ujarnya Vahidi, dikutip dari Mehr.