Yang Luput Diketahui Banyak Orang tentang Sejarah Isra Miraj

JAKARTA - Orang Islam mengetahui sejarah Isra Miraj sebagai peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Palestina, dan momen diturunkannya perintah salat lima waktu. Namun ternyata ada beberapa hal yang luput diketahui banyak orang dari momen Isra Miraj. Apa saja?

Sebelum membahas hal yang luput dipahami banyak orang terkait momen tersebut, mari mengingat apa itu Isra Miraj? Seperti ditulis Aceng Zakaria dalam Jurnal Ilmu Alquran an Tafsir (2019) menjelaskan Isra Miraj merupakan perjalanan Nabi Muhammad di waktu malam hari ari Masjid Al-Haram (Mekah) ke Masjid Al-Aqsa (Palestina). Ayat tentang Isra Miraj difirmankan dalam Surat Al-Isra Ayat 1. 

Sedangkan Miraj, adalah naiknya Nabi Muhammad dari Masjid Al-Aqsha ke langit sampai ke Sidratul Muntaha terus sampai ke tempat tertinggi untuk menghadap Allah. Hal ini dijelaskan dalam Surat An-Najm Ayat 13-18 dan diriwayatkan dalam banyak hadits shahih.

Pelipur lara

Yang jarang dikisahkan orang terkait momen Isra Miraj adalah soal latar sebelum dan sesudah momen Isra Miraj berlangsung. Sebab melihat sejarah kenabian atau Sirah Nabawiyah, sebelum momen Isra Miraj terjadi, Nabi Muhammad tengah mengalami keadaan duka cita mendalam atau yang disebut dengan tahun amul huzni (tahun kesedihan).

Seperti dijelaskan Zakaria (2019) Rasulullah ditinggal oleh istrinya tercinta Khadijah yang setia menemani dan menghiburnya di kala orang lain masih mencemoohnya. Dalam waktu yang berdekatan beliau juga ditinggal oleh pamannya, Abu Thalib. 

Sosok Abu Thalib begitu penting bagi Nabi Muhammad pada masa awal dakwah Islam. Karena sosok pemimpin Bani Hasyim tersebutlah, Nabi Muhammad bisa aman melakukan dakwah di Mekah dari bayang-bayang orang Quraisy. 

Sepeninggal Abu Thalib, para musuh umat Islam tersebut menjadi semakin leluasa untuk melancarkan intimidasinya kepada Nabi. Bahkan mereka sampai berani melemparkan kotoran ke atas pundak Nabi Muhammad. 

Dalam keadaan penuh duka cita itu, seperti ditulis Zakaria (2019) lalu Allah "menghibur" Nabi dengan mengangkatnya ke langit tertinggi sampai berjumpa dengan Tuhan. Momen yang sampai sekarang rasionalitas Isra Miraj masih menjadi perdebatan menarik dalam ukuran logika manusia. 

"Pada dasarnya peringatan tersebut hanyalah untuk memotivasi dan penyemangat, bukan dalam rangka beribadah (ibadah dalam artian ibadah ritual khusus). Namun peringatan tersebut juga terdapat beberapa pelajaran," tulis Zakaria. 

Kabah (Sumber: Wikimedia Commons)

Kemenangan sosial politik

Seperti kata pepatah, setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Begitu juga dengan momen Isra Miraj. Setelah mengalami tahun kesedihan, pasca Isra Miraj, Nabi menjadi bersemangat kembali.

Seolah-olah Nabi Muhammad diperkuat jiwanya dengan diperlihatkan keadaan luar. Dalam perjalanan itu Nabi Muhammad diingatkan bahwa beliau tidak sendirian. Melainkan bagian dari suatu deretan sejarah panjang kenabian.

Dalam perjalanan Isra Miraj, Nabi Muhammad dikabarkan sampai ke Sidrat al-Muntaha. Sidrat artinya pohon atau lotus padang pasir. Pohon itu di Asia dan Timur Tengah dianggap sebagai lambang kebijaksanaan. 

Sementara al-Muntaha artinya terakhir. Seperti ditulis Busthomi Ibrohim dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Studia Didkatika (2016) Isra Miraj bisa dimaknai bahwa nabi telah mencapai kebijaksanaan yang paling tinggi.

Setelah mengalami hal itulah Nabi kemudian hijrah dari Mekah ke Yatsrib atau yang sekarang dikenal dengan Madinah. Kata Madinah, secara umum diartikan sebagai kota, tetapi sebetulnya al madinah itu mengandung makna peradaban. 

Madinah mempunyai kaitan dengan dengan ide-ide semacam civility dan ide tentang politik. Aktivitas politik Nabi Muhammad di Madinah, yang pada akhir hidupnya akan sukses menciptkakan komunitas politik otonom, bisa dianggap sebagai embrio negara.

BERNAS Lainnya