BlackRock Bersiap Berinvestasi di Infrastruktur untuk Dukung Kebutuhan Listrik AI
JAKARTA - Larry Fink, CEO manajer aset terbesar di dunia, BlackRock, membuka pembicaraan dengan berbagai pemerintah untuk mencari cara pendanaan investasi kritis yang mendukung kecerdasan buatan (AI). Hal ini termasuk peningkatan pasokan listrik, pada Jumat 17 Mei.
AI dianggap sebagai dorongan besar bagi produktivitas global, namun membutuhkan pusat data dan pabrik semikonduktor yang membutuhkan jumlah listrik yang besar.
Larry Fink berbicara secara daring dalam pertemuan di Roma dari kelompok bisnis B7 dari negara-negara Kelompok Tujuh (G7). Konferensi ini mendahului pertemuan pekan depan di Italia dari menteri keuangan dan bank sentral dari ekonomi yang lebih maju dalam G7.
"Pusat data AI ini akan membutuhkan lebih banyak daya daripada yang pernah kita bayangkan. Kami di G7 tidak memiliki cukup daya," kata Fink. "Saya pikir ini akan menciptakan tantangan kompetitif nyata bagi negara-negara."
Menurut Finki, pusat data kemungkinan akan dibangun di tempat pasokan listrik lebih murah, meningkatkan kebutuhan subsidi negara di daerah di mana biaya energi tidak kompetitif.
Baca juga:
- Selamat Tinggal Twitter, Platform Media Sosial Itu Kini Sudah Bertransisi Penuh ke X
- Model GPT-4o, Gemini 1.5 Flash, dan Gemini 1.5 Pro kini Tersedia Chatbot Poe
- Kominfo Ungkap Tiga Fungsi Utama Indonesia Digital Test House
- AXIS dan EVOS Kunjungi Yogyakarta untuk Jangkau Komunitas Esports di Jawa Tengah
Investasi untuk membangun pusat data dan pabrik chip yang mendukung teknologi AI dan memberi mereka daya, yang BlackRock perkirakan "triliunan dolar", memerlukan partisipasi investor swasta dan bisa menjadi peluang besar bagi dana pensiun dan perusahaan asuransi, tambah Fink.
Jepang pada Selasa 14 Mei mengatakan mereka memperkirakan kebutuhan output listrik akan naik 35% hingga 50% pada tahun 2050 karena permintaan yang meningkat dari pabrik semikonduktor dan pusat data yang mendukung AI.
"Kami sedang berbicara dengan banyak pemerintah saat ini tentang bagaimana membawa modal swasta," kata Fink, menambahkan bahwa negara-negara G7 tidak bisa menanggung biaya tersebut mengingat risiko "krisis fiskal". Defisit yang kita lihat di G7 menjadi beban bagi anak-anak saya, anak Anda, cucu kita."