Amerika Serikat dan Inggris Desak Hamas Terima Usul Gencatan Senjata Israel
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dan Inggris mendesak kelompok militan Palestina Hamas untuk menerima proposal Israel terkait gencatan senjata konflik di Gaza serta pembebasan sandera.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Hari Senin mendesak Hamas untuk segera menerima proposal Israel, terkait gencatan senjata dalam perang Gaza dan pembebasan sandera Israel yang ditahan oleh kelompok militan Palestina.
"Hamas sebelumnya memiliki proposal yang luar biasa, luar biasa murah hati dari pihak Israel," kata Blinken pada pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, melansir Reuters 30 April.
"Satu-satunya hal yang menghalangi rakyat Gaza dan gencatan senjata adalah Hamas. Mereka harus mengambil keputusan dan harus mengambil keputusan dengan cepat," lanjutnya.
"Saya berharap mereka akan membuat keputusan yang tepat," harap Menlu Blinken.
Para perunding Hamas diperkirakan bertemu dengan mediator Qatar dan Mesir di Kairo pada Hari Senin untuk menyampaikan tanggapan terhadap proposal gencatan senjata bertahap yang diajukan Israel pada akhir pekan.
Mengutip The Times of Israel, delegasi Hamas telah meninggalkan Kairo dan dikabarkan akan kembali lagi dengan membawa tanggapan atas proposal gencatan senjata dan pembebasan sandera yang diajukan.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron, yang juga berada di Riyadh untuk menghadiri pertemuan WEF, juga menggambarkan usulan Israel sebagai tindakan yang "murah hati".
Hal ini termasuk penghentian pertempuran selama 40 hari dan kemungkinan pembebasan ribuan tahanan Palestina serta sandera Israel, katanya kepada audiensi di WEF.
"Saya berharap Hamas benar-benar menerima kesepakatan ini dan sejujurnya, semua tekanan di dunia dan semua mata di dunia harus tertuju pada mereka hari ini dengan mengatakan ‘ambil kesepakatan itu'," kata Menlu Cameron.
Menlu Cameron adalah salah satu dari beberapa menteri luar negeri yang berada di Riyadh, termasuk dari AS, Prancis, Yordania dan Mesir, sebagai bagian dari upaya diplomatik untuk mengakhiri perang Gaza.
Sebuah sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan, usulan Israel memerlukan kesepakatan untuk membebaskan kurang dari 40 dari sekitar 130 sandera yang diyakini masih ditahan di Gaza dengan imbalan pembebasan warga Palestina yang dipenjara di Israel.
Tahap kedua dari gencatan senjata akan terdiri dari "masa tenang yang berkelanjutan" - sebuah respons kompromi Israel terhadap permintaan Hamas untuk melakukan gencatan senjata permanen.
Baca juga:
- Didukung Ankara dan Presiden Erdogan Sebagai Sekjen NATO, Mark Rutte: Turki Adalah Aktor Geopolitik Berpengaruh
- Bukan Irak, Suriah atau Turki, Ini Negara yang Dipilih Hamas Jika Pindah dari Qatar
- Desak AS Percepat Pengiriman Senjata, Presiden Ukraina Zelensky: Tentara Rusia Coba Mengambil Keuntungan
- ICC Kemungkinan Terbitkan Surat Penangkapan Terkait Perang Gaza, Menlu Israel: Kami Tidak akan Menundukkan Kepala
Terpisah, sebuah sumber diplomatik Prancis mengatakan terdapat kesamaan jumlah sandera yang dibebaskan sebagai imbalan bagi warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel, namun masih terdapat hambatan dalam sifat gencatan senjata yang bersifat jangka panjang.
"Kami tidak jauh dari kesepakatan, tapi ini bukan pertama kalinya," kata sumber itu.
Diketahui, sebanyak 253 sandera ditangkap dalam serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel, menurut perhitungan Israel.