Anies Baswedan Butuh Pilgub Jakarta sebagai Panggung Politik, Turun Kelas pun Tak Soal
JAKARTA - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024 diprediksi masih panas meski statusnya tak lagi sebagai ibu kota. Anies Baswedan disebut-sebut bakal maju dalam pilkada untuk memperebutkan posisi yang pernah ia tempati dari 2017-2022.
Anies Baswedan maju pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, berpasangan dengan Muhaimin Iskandar. Pasangan nomor urut 1 satu ini diusung Koalisi Perubahan yang berisi Partai Nasional Demokrat (NasDem), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Ummat.
Namun paslon yang populer dengan nama AMIN ini kalah dalam pemungutan suara yang dilakukan serempak di seluruh Indonesia pada 14 Februari.
Setelah dinyatakan gagal menduduki kursi nomor satu di Indonesia, nama Anies belakangan santer dihubungkan dengan Pilkada Daerah Khusus Jakarta, meski ia bukan satu-satunya yang ramai diberitakan akan maju dalam pilgub akhir tahun ini.
Politikus Golkar Ridwan Kamil, Bendahahara Umum Partai NasDem yang juga kondang dengan nama crazy rich Tanjung Priok, Ahmad Saroni, pun ramai diberitakan akan maju dalam pilkada.
Namun kemunculan nama Anies dalam bursa calon Gubernur DK Jakarta mendapat sorotan tersendiri.
Tak hanya akan menurunkan kelas politiknya, label sebagai sosok yang haus kekuasaan juga berpotensi disematkan kepada Anies andai pria kelahiran 7 Mei 1969 ini tetap nekat maju di pilgub, sebagaimana diungkakan pengamat politik Jamiluddin Ritonga.
“Kalau Anies bersedia maju, tentu orang akan menilai dia sosok yang haus kekuasaan. Jabatan apapun akan diterimanya selama itu bisa duduk di singgasana,” ujar pengamat dari Universitas Esa Unggul ini.
Lampu Anies Tak Boleh Redup
Namun, pendapat berbeda diungkapkan Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago. Ia menilai Anies tetap membutuhkan panggung untuk menjaga elektabilitas hingga 2029 mendatang.
“Anies tidak boleh redup lampunya, harus tetap punya panggung. Artinya dia tidak boleh berhenti, tidak boleh mati sebagai politisi adalah punya jabatan sebagai gubernur,” ujar Pangi kepada VOI.
“Dengan menjadi gubernur, berarti dia memiliki program, menjaga elektabiltasnya tetap baik karena dia tetap menjadi sorotan publik,” katanya lagi.
Baca juga:
Sementara itu, terkait status yang tak lagi menjadi ibu kota saat pilkada dilangsungkan pada 27 November nanti, Pangi yakin tidak akan mengubah prestise Jakarta sebagai daerah pemilihan yang paling menyita perhatian.
"Apakah Jakarta tetap seksi, ya pasti seksi. Karena tetap menjadi pilkada yang menjadi perhitungan banyak orang," kata Pangi.
Jadi Batu Loncatan
Sedangkan pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Andriadi Achmad berujar, kemungkinan Anies maju Pilkada DK Jakarta sangat besar dan potensial. Anies dianggap berhasil membawa perubahan dan Pembangunan signifikan ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta 2017-2022.
Bahkan, seandainya berlangsung pilkada tahun 2022, maka Anies Baswedan yang berpotensi besar melanjutkan dan memenangkan untuk periode kedua.
“Majunya Anies Baswedan sebagai Gubernur DK Jakarta, menurut saya bukanlah penurunan, karena dia saat ini tidak memiliki posisi apa pun setelah pensiun periode pertama Gubernur DKI Jakarta 2022 dan Capres 2024,” kata Andriadi kepada VOI.
“Oleh karena itu, menurut hemat saya kalau untuk Pilkada DK Jakarta tahun 2024 justru perlu diikuti Anies Baswedan,” imbuhnya.
Andriadi menjelaskan beberapa alasan Anies tetap maju di Pilkada Jakarta selain untuk melanjutkan pembangunan DK Jakarta periode kedua yang tertunda.
“Kedua, memenangkan pilkada DK Jakarta tahun 2024 bisa menjadi modal dan batu loncatan Anies Baswedan untuk kontestasi Pilpres 2029,” tuturnya.
Sampai saat ini belum ada satu pun parpol yang dengan gamblang mendorong dan mendukung Anies Baswedan maju dalam Pilkada DK Jakarta 2024. Bahkan PKS, PKB dan Nasdem sebagai pendukung koalisi perubahan dalam Pilpres 2024 sudah memiliki jagoan sediri.
“Kita lihat saja nanti di injure time pendaftaran paslon Pilkada DK Jakarta,” tutup Andriadi.