Presiden Biden Tekankan Kembali Posisi AS Mengenai Serangan ke Rafah kepada PM Netanyahu
JAKARTA - Gedung Putih mengatakan, Presiden Joe Biden pada Hari Minggu menegaskan kembali posisi Amerika Serikat mengenai kemungkinan invasi Israel ke Kota Rafah, saat berbicara dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai pembicaraan tersebut. Washington mengatakan, mereka tidak dapat mendukung operasi Rafah tanpa rencana kemanusiaan yang tepat dan kredibel.
"Presiden menegaskan kembali komitmennya yang kuat terhadap keamanan Israel," kata pernyataan itu, melansir Reuters 29 April.
Lebih jauh dikatakan, kedua pemimpin meninjau kembali pembicaraan yang dirancang untuk mengamankan pembebasan beberapa sandera yang ditahan sejak serangan kelompok Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, yang disertai dengan gencatan senjata segera di Gaza.
Selain itu, mereka juga membahas peningkatan kecepatan pengiriman bantuan, termasuk persiapan untuk membuka penyeberangan baru ke Gaza.
"Presiden menekankan perlunya kemajuan ini dipertahankan dan ditingkatkan dengan koordinasi penuh dengan organisasi-organisasi kemanusiaan," kata pernyataan itu.
Baca juga:
- Kritik Rudal Jarak Jauh Washington untuk Ukraina, Korut: AS Tidak Pernah Bisa Kalahkan Tentara dan Rakyat Rusia
- Presiden Zelensky Sebut Ukraina Butuh Segera Sistem Pertahanan Udara Patriot
- Gedung Putih Sebut Israel Setuju Mendengarkan Kekhawatiran AS Mengenai Serangan ke Rafah
- Kepala UNRWA: Jumlah Anak yang Tewas di Gaza Selama 6 Bulan lebih Banyak dari Semua Konflik Dunia 4 Tahun Terakhir
Diketahui, kedua pemimpin terakhir kali berbicara pada 13 April, setelah Iran meluncurkan serangan rudal dan pesawat tak berawak terhadap Israel.
Berbicara sebelumnya, Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan, Israel telah setuju untuk mendengarkan keprihatinan dan pemikiran AS sebelum melancarkan invasi.