Terbayang Serangan Hamas ke Israel Siang dan Malam, Kepala Intel IDF: Saya Menanggung Penderitaan Perang
JAKARTA - Kepala intelijen Israel Defense Forces (IDF) Mayor Jenderal Aharon Haliva mengatakan, kegagalan divisinya mencegah serangan kelompok militan Palestina Hamas, menyebabkan ia selalu terbayang hal itu siang dan malam, menderita akibat perang selamanya.
Mayjen Haliva akan segera meninggalkan posisinya, setelah militer Israel menunjuk penggantinya sebagai kepala intelijen, menurut IDF, langkah yang telah disetujui oleh Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan dikoordinasikan dengan Kepala Staf IDF Letjen Herzi Halevi.
Mayjen Haliva mengatakan, dia memikul tanggung jawab atas kegagalan yang membuat Israel lengah dan memungkinkan Hamas melakukan serangan.
"Direktorat Intelijen Militer di bawah komando saya gagal memperingatkan serangan teror yang dilakukan Hamas," kata Mayjen Haliva pada 17 Oktober lalu, dilansir dari The Times of Israel 23 April.
"Kami gagal dalam misi terpenting kami, dan sebagai Kepala Direktorat Intelijen Militer, saya menanggung bertanggung jawab penuh atas kegagalan tersebut," tandasnya.
Namun, dia mengatakan pada saat itu memilih untuk menunda pengunduran dirinya, karena perang masih berlangsung di Gaza.
"Sekarang, lebih dari setengah tahun kemudian, bersamaan dengan dimulainya penyelidikan (internal), saya mengajukan pengunduran diri saya," tulisnya dalam surat pengunduran diri yang dipublikasikan Hari Senin.
Pengunduran dirinya itu akan menjadikan Mayjen Haliva perwira senior pertama di IDF yang mengundurkan diri akibat serangan kelompok militan Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023.
Dalam surat pengunduran dirinya yang ditujukan kepada Letjen Halevi, Mayjen Haliva menulis "bersamaan dengan wewenang ada pula tanggung jawab yang berat."
"Direktorat Intelijen di bawah komando saya gagal melaksanakan tugasnya. Aku selalu membawa hari kelam itu bersamaku sejak saat itu, setiap hari, setiap malam. Saya akan selamanya menanggung penderitaan perang yang luar biasa," urainya dalam surat tersebut.
Mayjen Haliva mengatakan, dia mendukung pembentukan komisi penyelidikan untuk "dapat menyelidiki dan mengetahui secara menyeluruh, mendalam, komprehensif dan tepat semua faktor dan keadaan yang menyebabkan peristiwa serius tersebut."
"Semua yang saya lakukan selama bertugas di IDF adalah demi rakyat Israel dan Negara Israel," tambahnya.
Diketahui, Mayjen Haliva sedang berlibur di Eilat pada tanggal 7 Oktober. Dia dilaporkan mendapat informasi terbaru sekitar pukul 3 pagi hari itu mengenai "tanda-tanda tertentu yang datang dari Gaza" tentang serangan yang akan segera terjadi, tetapi dilaporkan tidak ikut serta dalam konsultasi di eselon tertinggi IDF terkait indikasi tersebut dan tidak bersedia untuk dihubungi melalui telepon.
Ia kemudian dikutip mengatakan kepada orang-orang di sekitarnya, bahkan jika ia ikut serta dalam konsultasi tersebut, ia akan menyimpulkan Hamas sedang melakukan latihan dan penanganan masalah ini dapat menunggu hingga pagi hari.
Baca juga:
- AS Veto Rancangan Resolusi Keanggotaan Penuh PBB Palestina, Indonesia: Khianati Aspirasi Menciptakan Perdamaian
- Putra Aung San Suu Kyi Sebut Junta Militer Myanmar Kemungkinan Jadikan Sang Ibunda Sebagai Tameng Manusia
- Sekjen PBB Soroti Komitmen Israel Soal Peningkatan Akses Bantuan Kemanusiaan di Gaza
- Israel Disebut Luncurkan Serangan ke Iran, IRNA Laporkan Sistem Pertahanan Udara Diaktifkan Tapi Tidak Ada Ancaman
"Itu tidak akan mengubah hasil akhir sama sekali," sesalnya.
Mayjen Haliva memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala intelijen Israel Defense Forces (IDF), setelah menilai divisi yang dipimpinnya gagal menjalankan tugas sehingga Hamas mampu melancarkan serangan ke wilayah negara itu, mengatakan itu selalu menghantuinya, kata IDF Hari Senin.
Adapun IDF dalam sebuah pernyataan mengatakan, Letjen Halevi berterima kasih kepada perwira intelijen tersebut "atas 38 tahun pengabdiannya di IDF, di mana ia memberikan kontribusi signifikan terhadap keamanan Negara Israel, baik sebagai prajurit tempur maupun komandan."