Menhan Gallant Bilang Israel Siap Hadapi Apa Pun Skenario Iran Usai Dua Jenderalnya Tewas di Suriah

JAKARTA - Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan, Israel siap menghadapi skenario apa pun yang mungkin terjadi, usai serangan mematikan awal bulan ini yang menewaskan dua jenderal Iran di Damaskus, Suriah.

Kantor Menhan Gallant mengeluarkan pernyataan tentang kesiapan Israel, setelah ia mengadakan "penilaian situasi operasional" dengan para perwira militer senior.

"Setelah menyelesaikan penilaian, Menteri Gallant menekankan lembaga pertahanan telah menyelesaikan persiapan tanggapan jika terjadi skenario apa pun yang mungkin terjadi terhadap Iran," kata kantornya, dilansir dari Reuters 8 April.

Sementara itu, Kepala Staf Umum Israel Defense Forces (IDF) Letjen Herzi Halevi mengatakan, "Israel tahu bagaimana menghadapi Iran, secara ofensif dan defensif".

"Kami tahu bagaimana bertindak tegas terhadap Iran, baik di wilayah dekat maupun jauh. Kami bekerja sama dengan AS dan mitra strategis di kawasan," katanya dalam pernyataan yang disiarkan televisi.

Iran mengancam akan menanggapi dugaan serangan Israel terhadap Kedutaan Besar Iran di Damaskus pekan lalu yang menewaskan tujuh anggota Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), dengan dua di antaranya adalah jenderal senior.

Mereka yang tewas yakni Mayjen Mohammad Reza Zahedi, Brigjen Muhammad Hadi Haji-Rahimi, Hossein Amanollahi, Sayyid Mahdi Jaladati, Mohsen Sedaqat, Ali Agha Babaei dan Sayyid Ali Salehi Roozbahani, mengutip Khamenei.ir.

Penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran, Yahya Rahim Safavi, mengatakan pada Hari Minggu, tidak ada satu pun kedutaan Israel yang aman lagi dan bahwa Teheran memandang konfrontasi dengan Israel sebagai "hak yang sah dan legal".

Sedangkan kantor berita semi-resmi Iran ISNA menerbitkan sebuah grafik pada Hari Minggu, menunjukkan sembilan jenis rudal Iran yang berbeda yang dikatakan dapat menghantam Israel.

Israel belum mengonfirmasi mereka berada di balik serangan terhadap Damaskus. Para pemimpinnya telah mengatakan secara lebih umum, mereka beroperasi melawan Iran, yang mendukung kelompok militan Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon, yang keduanya telah berperang dengan Israel selama enam bulan terakhir.