Drone Ukraina Sukses Hantam Kilang Minyak Terbesar Ketiga Rusia, 1.300 Km dari Garis Depan
JAKARTA - Sebuah pesawat tak berawak Ukraina menyerang kilang minyak terbesar ketiga Rusia pada Hari Selasa sekitar 1.300 km (800 mil) dari garis depan, menghantam unit yang memproses sekitar 155.000 barel minyak mentah per hari, sementara sumber industri mengatakan hal itu tidak menyebabkan kerusakan serius.
Para pejabat Rusia mengatakan, alat pengacau mereka mengunci sebuah pesawat tak berawak Ukraina di dekat kilang Taneco milik Tatneft, yang memiliki kapasitas produksi tahunan lebih dari 17 juta ton (340.000 barel per hari).
Gambar dari tempat kejadian menunjukkan, drone tersebut menghantam unit penyulingan utama, CDU-7, di kilang di wilayah industri maju Tatarstan Rusia, meskipun tampaknya tidak menyebabkan kerusakan serius.
Sumber industri, yang berbicara kepada Reuters tanpa menyebut nama, mengatakan para pekerja telah kembali ke pabrik, seperti dikutip 3 April.
Kebakaran terjadi di kilang tersebut namun dapat dipadamkan dalam waktu 20 menit, kata kantor berita negara RIA, seraya menambahkan bahwa produksi tidak terganggu.
Unit yang terkena dampak menyumbang sekitar setengah dari total kapasitas produksi tahunan pabrik tersebut. Kilang tersebut menyumbang sekitar 6,2 persen dari kapasitas penyulingan Rusia.
Sementara itu, sumber intelijen militer di Ukraina mengatakan unit penyulingan utama Taneco telah diserang dan menyebabkan kebakaran. Tujuan serangan itu, tambah sumber itu, adalah untuk mengurangi pendapatan minyak Rusia.
Sumber intelijen Ukraina lainnya mengatakan, drone buatan Ukraina juga menyerang pabrik Rusia yang memproduksi drone serangan jarak jauh "Shahed", sehingga menyebabkan "kerusakan besar".
Ukraina diketahui dalam beberapa bulan terakhir mulai menyerang kilang minyak Rusia, eksportir minyak terbesar kedua di dunia, yang berdampak pada perdagangan produk olahan Moskow yang sangat menguntungkan, di tengah serangan rudal Rusia yang ekstensif terhadap jaringan energi Ukraina.
Menurut perhitungan Reuters, sekitar 14 persen kapasitas penyulingan Rusia telah ditutup karena serangan pesawat tak berawak. Ada lebih banyak permintaan untuk produk minyak olahan dibandingkan minyak mentah Rusia.
Di sisi lain, serangan terhadap kilang-kilang minyak Rusia, sebagian besar berada di dalam negara terbesar di dunia, telah menimbulkan kekhawatiran di Washington mengenai potensi eskalasi dengan Rusia.
Ukraina mengatakan, serangan pesawat tak berawak terhadap Rusia dapat dibenarkan karena negara tersebut berjuang untuk bertahan hidup dan telah mengalami kerusakan parah pada infrastrukturnya, termasuk pembangkit listrik, akibat serangan udara Rusia.
Sekutu Presiden Vladimir Putin mengatakan pada Hari Selasa, NATO pada dasarnya memerangi Rusia di Ukraina dan bahwa aliansi militer pimpinan AS telah membantu mengatur serangan di wilayah kedaulatan Rusia.
Baca juga:
- China Desak Israel Patuhi Piagam PBB Usai Serangan Mematikan Terhadap Konvoi Bantuan Kemanusiaan
- Presiden Raisi Pastikan Iran Tidak Tinggal Diam Atas Serangan Mematikan Terhadap Konsulatnya di Suriah
- Tujuh Pekerja Kemanusiaannya Tewas Terkena Serangan Udara Israel, Kepala WCK: Ini Tidak Bisa Dimaafkan
- Serangan Israel ke Kedubes Iran Langgar Hukum Internasional dan Piagam PBB, Indonesia: Hapus Prospek Perdamaian
Ketika ditanya apakah Rusia mengira Amerika Serikat terlibat dalam serangan terhadap kilang minyak Rusia, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada Hari Selasa, pertanyaan itu sebaiknya diajukan kepada kementerian pertahanan dan dinas keamanan.
"Rezim Kyiv melanjutkan aktivitas terorisnya," kata Peskov.
"Kami dan militer kami pada dasarnya berupaya meminimalkan ancaman ini, dan selanjutnya menghilangkannya," tandasnya.
Sumber-sumber Ukraina mengatakan, Kyiv bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan serangan pesawat tak berawak di dalam wilayah Rusia. Amerika Serikat sendiri telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak mendukung serangan Ukraina di dalam wilayah Rusia.