Anggota Keluarga Sandera di Gaza Gelar Protes Tuntut PM Israel Netanyahu Mengundurkan Diri

JAKARTA - Sejumlah pengunjuk rasa anti-pemerintah turun ke jalan-jalan di Yerusalem pada Hari Minggu, termasuk anggota keluarga para sandera yang ditahan di Jalur Gaza, menyerukan agar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengundurkan diri.

Mantan Perdana Menteri Israel yang juga pemimpin oposisi Yair Lapid, meminta pemerintah Israel untuk memperhatikan demonstrasi yang sedang berlangsung dan tuntutan para pengunjuk rasa.

"Yang hadir di tengah kerumunan ini adalah keluarga para sandera. Mereka berdiri di luar Kirya (markas besar Israel Defense Forces di Tel Aviv), berteriak sekeras-kerasnya, dan tidak ada yang mendengar. Mereka melambaikan tanda dan tidak ada yang melihat. Pemerintah Israel mengabaikan mereka. keberadaannya," kata Lapid saat menghadiri unjuk rasa di luar Knesset di Yerusalem, melansir CNN 1 April.

Danny Elgarat, saudara salah satu sandera, Itzhak Elgarat, juga meminta PM Netanyahu mundur dari jabatannya.

"Bibi, ini adalah akhir dari kesepakatan curang, akhir dari korupsi," kata Elgarat, menggunakan nama panggilan yang dikenal luas untuk PM Netanyahu.

"Bibi, ini akhir dari bermain-main dengan kita. 177 hari! Bibi, ini akhirnya!" lanjutnya.

Ribuan pengunjuk rasa lainnya berkumpul di luar Knesset, parlemen Israel, membawa bendera dan spanduk.

"Bawa semua orang pulang sekarang. Tanpa memulangkan para sandera, Israel tidak punya alasan untuk tetap hidup," bunyi salah satu spanduk.

Sementara itu, Kepolisian Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "sejumlah benda-benda kembang api, termasuk suar asap, dinyalakan di dekat para demonstran" dan satu orang ditangkap karena dicurigai terlibat.

Terpisah, keluarga seorang tentara wanita Israel yang disandera di Gaza mengatakan "tidak ada kabar baik" yang keluar dari pertemuan mereka dengan PM Netanyahu pada Hari Minggu.

"Setelah enam bulan, kami berharap dan berharap mendapatkan kabar baik seiring berjalannya negosiasi," kata ayah dari tentara berusia 19 tahun yang ditangkap, Naama Levy, dalam sebuah wawancara dengan Radio Angkatan Darat Israel.

"Kami tidak menerima kabar seperti itu. Sebaliknya, kami merasa terganggu karena negosiasi berjalan lambat," tambahnya.