PM Netanyahu Sempat Bilang Tekanan Internasional Tak Berpengaruh, Israel Minta Jadwal Ulang Pertemuan dengan AS
JAKARTA - Israel telah meminta Gedung Putih untuk menjadwalkan ulang pertemuan tingkat tinggi mengenai rencana militer di Kota Rafah, Gaza selatan yang tiba-tiba dibatalkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, kata para pejabat pada Hari Rabu, dalam upaya nyata untuk meredakan ketegangan antara kedua sekutu tersebut.
PM Netanyahu membatalkan rencana kunjungan delegasi senior Israel ke Washington, setelah AS mengizinkan pengesahan resolusi gencatan senjata Gaza di PBB pada Hari Senin, menandai titik terendah baru dalam hubungannya dengan Presiden Joe Biden pada masa perang.
Penundaan pertemuan minggu ini menjadi hambatan baru bagi upaya Washington, yang prihatin dengan krisis kemanusiaan yang semakin parah di Gaza, untuk membuat {M Netanyahu mempertimbangkan alternatif selain invasi darat ke Rafah.
Pada Hari Rabu, juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan kepada wartawan: "Kantor perdana menteri telah setuju untuk menjadwal ulang pertemuan yang didedikasikan" untuk Rafah.
"Jadi kami sekarang bekerja dengan mereka untuk menetapkan tanggal yang tepat," tambahnya, melansir Reuters 28 Maret.
Sementara itu, seorang pejabat Israel di Washington, yang berbicara tanpa menyebut nama, membenarkan pertemuan baru sedang diatur dan mengatakan PM Netanyahu sedang mempertimbangkan untuk mengirim delegasinya paling cepat minggu depan.
Tim Israel masih akan dipimpin oleh Menteri Urusan Strategis Ron Dermer dan Penasihat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi, dua orang kepercayaan PM Netanyahu, menurut seseorang yang mengetahui masalah tersebut.
Pembicaraan tersebut diperkirakan akan fokus pada ancaman serangan Israel di Rafah, tempat lebih dari satu juta pengungsi Palestina berlindung.
Belum ada komentar langsung dari kantor PM Netanyahu.
Sebelumnya, keputusan Pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk abstain dalam voting Resolusi 2728 DK PBB yang menuntut gencatan senjata segera di Gaza awal pekan ini, yang terjadi setelah berbulan-bulan AS menganut kebijakan jangka panjang AS yang melindungi Israel di badan dunia tersebut, tampaknya mencerminkan semakin besarnya rasa frustrasi AS terhadap pemimpin Israel tersebut.
PM Netanyahu mengeluarkan teguran keras, menyebut tindakan AS sebagai "kemunduran yang jelas" dari posisi sebelumnya, akan merugikan upaya perang Israel dan negosiasi untuk membebaskan lebih dari 130 sandera yang masih ditahan di Gaza.
Baca juga:
- Hamas Ragukan Klaim Israel Soal Kematian Wakil Komandan Brigade Izzuddin al-Qassam Marwan Issa
- Badan Anti-Teror Belgia Awasi 650 Terduga Ekstremis Usai Serangan ISIS di Moskow
- Rusia Mengatakan Sulit Mempercayai ISIS Memiliki Kemampuan untuk Melakukan Serangan di Moskow
- Otoritas AS Periksa Kotak Hitam Kapal hingga Jembatan Baltimore yang Ditabrak, Penyelam Cari Jasad Korban Tewas
Para pejabat AS mengatakan pada saat itu, Pemerintahan Presiden Biden bingung dengan keputusan Netanyahu dan menganggapnya sebagai reaksi berlebihan, serta bersikeras bahwa tidak ada perubahan dalam kebijakan.
Kemarin, PM Netanyahu mengatakan pembatalan kunjungan yang direncanakan ke Washington oleh para pembantunya minggu ini, dimaksudkan untuk menunjukkan kepada Hamas, bahwa Israel tidak akan tunduk pada tekanan internasional yang terus meningkat untuk menghentikan perang di Gaza.
"Ini adalah pesan pertama dan terutama untuk Hamas: 'Jangan bertaruh pada tekanan ini, ini tidak akan berhasil,'" katanya dalam komentar yang direkam dalam sebuah video pada sebuah pertemuan dengan Senator AS Rick Scott.