Israel Tingkatkan Pengeboman di Jalur Gaza Meski Ada Resolusi DK PBB, Korban Tewas Kini Mencapai 32.490 Jiwa
JAKARTA - Israe terus melakukan serangan di Jalur Gaza, dengan meningkatkan pemboman di selatan wilayah kantong Palestina tersebut, meski ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, saat jumlah korban tewas terus bertambah.
Israel mengabaikan tekanan internasional yang semakin besar untuk segera melakukan gencatan senjata di Gaza dan meningkatkan pemboman di bagian selatan wilayah Palestina pada Hari Rabu.
Sebuah bola api menerangi langit malam di kota selatan Rafah pada Hari Selasa, pusat kota terakhir yang tersisa di Gaza yang tidak diserang oleh pasukan darat Israel, dikutip dari Daily Sabah 27 Maret.
Israel mengebom setidaknya tiga rumah di Rafah semalam, meningkatkan ketakutan baru di antara lebih dari satu juta orang yang berlindung di tempat perlindungan terakhir di tepi selatan Jalur Gaza.
Salah satu serangan udara menewaskan 11 orang dari satu keluarga, kata pejabat kesehatan, dikutip dari Reuters.
Mussa Dhaheer, yang melihat dari bawah ketika tetangganya membantu petugas darurat menurunkan korban dalam kantong mayat hitam dari lantai atas, mengatakan dia terbangun karena ledakan tersebut, mencium putrinya yang ketakutan dan bergegas keluar untuk mencari korban. Ayahnya, 75 tahun, dan ibunya, 62 tahun, termasuk di antara korban tewas.
"Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya tidak tahu harus berkata apa. Saya tidak bisa memahami apa yang terjadi. Orang tua saya. Ayah saya bersama teman-temannya yang mengungsi yang berasal dari Kota Gaza," katanya.
Di lokasi pengeboman lainnya, Jamil Abu Houri mengatakan intensifikasi serangan udara adalah cara Israel menunjukkan penghinaannya terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB pekan lalu yang menuntut gencatan senjata segera. Ia khawatir akan terjadi serangan darat di Rafah, yang telah diancam Israel akan dilakukan meskipun ada permintaan sekutu terdekatnya, Washington, serangan itu akan menyebabkan terlalu banyak kerugian bagi warga sipil.
"Pengeboman telah meningkat, dan mereka telah mengancam kami dengan sebuah serangan, dan mereka mengatakan bahwa mereka telah diberi lampu hijau untuk melakukan serangan ke Rafah. Di mana Dewan Keamanan?" Abu Houri berkata.
"Lihatlah anak-anak kecil kami. Lihatlah anak-anak kami. Ke mana kami harus pergi? Ke mana kami harus pergi?" tandasnya.
Suara ledakan juga terdengar dan asap terlihat membubung di Kota Gaza di utara, tempat pasukan Israel menyerang rumah sakit terbesar di kota itu selama lebih dari seminggu.
Baca juga:
- Hamas Ragukan Klaim Israel Soal Kematian Wakil Komandan Brigade Izzuddin al-Qassam Marwan Issa
- Enam Pekerja Hilang dan Diduga Tewas Akibat Robohnya Jembatan Baltimore Usai Ditabrak Kapal Kargo
- AS-Korea Selatan Bentuk Satuan Tugas Pencegahan Pengiriman Minyak Ilegal ke Korea Utara
- Presiden Biden Sebut Pemerintah Federal akan Mendanai Pembangunan Kembali Jembatan Baltimore
Pertempuran terus berlanjut dua hari setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi pertamanya yang menyerukan "gencatan senjata segera" dan mendesak pembebasan sekitar 130 sandera yang menurut Israel masih berada di Gaza, termasuk 34 tawanan yang diperkirakan tewas.
Pasukan Israel tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti berperang melawan Hamas, dengan militer mengatakan jet-jet tempurnya telah menyerang lebih dari 60 sasaran, termasuk terowongan dan bangunan “di mana teroris bersenjata diidentifikasi.”
Sementara itu, Kementerian Kesehatan di Gaza pada Hari Rabu mengumumkan, jumlah korban tewas warga Palestina sejak konflik Hamas-Israel pecah pada 7 Oktober lalu telah mencapai 32. 490 jiwa dan 74.889 lainnya luka-luka, saat perang sudah memasuki hari ke-173.