Thailand Kirim Gelombang Pertama Bantuan Kemanusiaan ke Myanmar

JAKARTA - Thailand telah mengirimkan gelombang pertama bantuan kemanusiaan ke Myanmar yang dipimpin militer "untuk memenuhi kebutuhan rakyat yang mengungsi.

“Penyerahan bantuan kemanusiaan ini merupakan inisiatif bilateral antara Thailand dan Myanmar untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi di Myanmar. Sebagai tetangga dekat Myanmar, Thailand berkomitmen kuat untuk melakukan segala upaya untuk membantu masyarakat yang terkena dampak konflik di Myanmar tanpa diskriminasi,” menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Thailand pada Senin, 25 Maret.

Disebutkan Palang Merah Thailand menyerahkan lebih dari 4.000 kantong bantuan, berisi beras, makanan kering, dan hal-hal penting lainnya untuk sekitar 20.000 jiwa kepada Palang Merah Myanmar dalam sebuah acara resmi di Kota Mae Sot, provinsi Tak.

Kementerian menyatakan proyek percontohan tersebut adalah bagian dari upaya bersama ASEAN dalam memajukan Konsensus Lima Poin, yang mencakup berakhirnya kekerasan di negara yang dipimpin oleh junta militer sejak Februari 2021, dialog antar semua pihak, dan bantuan kemanusiaan oleh aliansi beranggotakan 10 negara tersebut.

“Dalam membangun fase percontohan ini, Thailand akan berkonsultasi erat dengan mitra terkait mengenai cara untuk lebih meningkatkan bantuan kemanusiaan guna mendukung populasi yang terkena dampak di Myanmar, terutama mereka yang tinggal di dekat perbatasan Thailand-Myanmar,” kata pernyataan itu dilansir ANTARA dari Anadolu, Selasa, 26 Maret.

Pada Februari 2021, militer Myanmar menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis dan merebut kekuasaan melalui kudeta militer.

Negara itu kemudian jatuh dalam gejolak sosial, politik dan ekonomi ketika militer melakukan kampanye brutal terhadap orang-orang yang dianggap sebagai lawannya.

Sejak Oktober 2023, pertempuran antara militer dengan kelompok oposisi bersenjata telah meningkat dan meluas ke hampir seluruh wilayah Myanmar.

Lebih dari 2,8 juta penduduk negara yang dilanda perang itu mengungsi, sementara setidaknya 18 juta penduduk membutuhkan bantuan kemanusiaan, menurut lembaga-lembaga PBB.