Hukum Bacaan Nun Bertasydid: Berikut Penjelasan Lengkapnya

YOGYAKARTA - Bagi umat muslim, bisa mengaji adalah wajib hukumnya, karena dari sanalah kita akan mengerti syariat dan tuntunan dari ajaran agama Islam. Kali ini kita bakal membahas terkait “hukum bacaan nun bertasydid“. Seperti apakah itu? Yuk kita simak ulasannya di sini.

Hukum Bacaan Nun Bertasydid

Ketika mengaji tiap ayat Al-Quran tentunya sering kita akan menemukan huruf nun serta mim bertasydid. Saat kita tengah membaca dan sampai pada huruf tersebut maka membacanya mesti ditahan sejenak dan didengungkan selama 3 harokat. Barulah setelahnya kalian bisa melanjutkan membaca pada huruf selanjutnya.

Pasalnya, huruf nun serta mim bertasydid dalam kaidah ilmu tajwid biasa disebut dengan Ghunnah syiddah.

Contohnya:

اَلَآ اِنَّهُمْ  (inna)

ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا (Tsumma, inna)

Oleh karenanya, pengertian Ghunnah secara bahasa ialah:

صوت في الخيشوم

Shautun fi al-Khaysyum

Artinya: suara di pangkal hidung

Dan kalau dilihat secara istilah menurut Al-Shadiq Qamhawi yaitu:

صوت لذيذ مركب في جسم النون و الميم فهي ثابتة فيهما مطلقا

Shautun ladzidzun fi jismi al-nun wa al-mim fahiya tsabitatun fihima muthlaqan

Artinya: Suara dengung yang tersusun dalam bentuk huruf Nun dan Mim yang mana terletak pada kedua hurufnya.

Berikutnya, dalam proses cara membaca bacaan Ghunnah, maka yang paling sempurna yaitu membacanya dengan metode mendengung di pangkal hidung. Bila belum mampu, maka boleh membacanya dengan Idgham. Apabila memanglah benar belum sanggup maka boleh dibaca Ikhfa (dengung ringan/samar).

Bila belum sanggup pula, maka boleh dibaca Idhar Sukun (dibaca jelas). Serta yang terakhir, bila belum sanggup maka boleh dibaca selaku huruf berharakat saja. tetapi syarat tersebut yaitu dikhususkan untuk mereka yang memanglah masih dalam taraf yang sangat awam pembelajar Al quran.

Dan diharuskan buat senantiasa belajar upgrade diri biar dapat membaca bacaan ghunnah pada huruf mim/nun bertasydid tersebut sesuai dengan kaidah baca al-quran yang sesuai.

Melansir dari Pesantren maqi, bagaimana teknik mengucapkan Gunnah: Gunnah itu ialah suara yang mempunyai tabia’at ataupun Kerutinan huruf setelahnya, bila huruf setelahnya huruf Isti’ la (tebal) maka gunnahnya pula jadi tebal begitupula kebalikannya.

Urutan gunnah yang masyhur ada 5:

  1. Idghom Kamil/yang paling sempurna tasydidnya
  2. Idghom Naqish/yang kurang tasydidnya
  3. Ikhfa termasuk didalamnya iqlab
  4. Sukun yang jelas seperti idzhar halqi
  5. Bergerak/Bergetar (pada khoisum)

Huku Lam Sukun

Lam Sukun terbagi menjadi 5 bagian:

  1. Lam Ta’rif atau Alif lam
  2. Lam Fi’il
  3. Lam Huruf
  4. Lam Isim
  5. Lam ‘Amr

Catatan:

Tetapi yang bakal dibahas cumalah lam ta’rif.

Hukum lam Ta’rif

Di situ merupakan huruf sukun yang ditambahkan pada awal isim, hukumnya idzhar pada saat berjumpa huruf-huruf qomariyyah serta idghom kala betemu huruf-huruf syamsiyah.

Contoh:

اَلْأَرْضُ, اَلَّذِيْنَ, اَلَّتِي, اَلْآنَ

Pembagian Lam Ta’rif:

Keadaan Idzhar

Dalam keadaan idzhar (ال) ini dinamakan “Alif Lam Qomariyyah” serta dikhususkan huruf-hurufnya kepada 14 huruf hijaiyyah yang terkumpul pada perkataan Syekh Al- Jamzuri, adalah (اِبْغِحَجَّكَوَخَفْعَقِيْمَهْ) Maka apabila terletak huruf- huruf tersebut sehabis (ال) maka harus mengidzharkannya, ataupun dinamakan pula “Idzhar Qomariyyah” serta cirinya yaitu nampaknya sukun diatas lam.

Dan sebab mengidzharkan nya yaitu karena huruf-huruf lam qomariyyah berjauhan dengan makhroj huruf lam.

Contoh:

الهمزة                            :

الْإِيْمَانُ

الباء                              :

الْبَصِيْرُ

الغين                             :

الْغَفُوْرُ

Kedaan Idghom

Dinamakan (ال) pada keadann ini dengan “Alif Lam Syamsiyyah” dan dikhususkan huruf-hurufnya kepada 14 huruf hijaiyyah yang tersisa (dari Alif Lam Qomariyyah) Serta pengarang kitab “Tuhfah” sudah merangkainya dalam permulaan ba’itnya:

طِبْ ثُمَّ صِلْ رُحْمًا تَفُزْ ضِفْ ذَا نِعَمْ        دَعْ سُوْءَ ظَنَّ زُرْ شَرِيْفًا لِلْكَرَمْ

Tho, Tsa, Shad, Ro. Ta. Dhod, Dzal, Nun, Dal, Sin, Dzo, Zai, Syin dan Lam

Maka apabila terletak huruf-huruf tersebut setelah (ال) maka harus mengidzghamkan nya, ataupun dinamakan pula “Idzgham Syamsiyyah” serta cirinya merupakan kosongnya lam dari sukun serta diletakan tasydid pada huruf yang setelahnya.

Dan sebab mengidzghamkan nya yaitu karena huruf-huruf lam syamsiyyah seragam serta berdektan dengan makhroj huruf lam.

Contoh:

الطاء                      :

الطَّيِّبَاتُ

الثاء                             :

الثَّمَرَاتُ

الصاد                             :

الصَّلَوَاتُ

Selaku umat muslim, alangkah baiknya kalian mengerti: “Bacaan Ta'awudz dan Artinya” yang bisa kalian terapkan sehari-hari.

Jadi setelah mengetahui hukum bacaan nun bertasydid, simak berita menarik lainnya di VOI.ID, saatnya merevolusi pemberitaan!