Uni Eropa: Gencatan Senjata di Gaza Krusial di Tengah Ancaman Kelaparan
JAKARTA - Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menekankan pentingnya gencatan senjata di Jalur Gaza ketika wilayah kantong Palestina itu terancam bencana kelaparan.
Dia mengatakan kondisi di Gaza saat ini "tidak bisa diterima", sehingga gencatan senjata sangat penting agar para sandera bisa dibebaskan dan bantuan kemanusiaan bisa masuk ke sana.
"Semoga pembicaraan yang dipimpin Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir membawa hasil positif," kata dia dalam pernyataan bersama dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di Brussels dilansir ANTARA dari Sputnik, Rabu, 20 Maret.
Uni Eropa "sangat khawatir" dengan risiko yang ditimbulkan oleh rencana serangan darat di Kota Rafah terhadap warga sipil yang mencari perlindungan di sana, kata von der Leyen.
Operasi militer itu harus dihindari "dengan cara apa pun", katanya.
Baca juga:
- NasDem Mulai Ragu dan Pikir Ulang untuk Gulirkan Hak Angket Usai Pengumuman Hasil Pemilu
- Prabowo Janji Jadi Presiden untuk Seluruh Rakyat: Beri Kesempatan Membuktikan Bekerja Sekeras-kerasnya
- Menang Pilpres 2024, Prabowo: Terima Kasih Rakyat Indonesia
- Ketum PAN Soal Jatah Kursi Menteri: Terserah Prabowo, Beliau Presidennya
Pada awal Maret, Komisaris Tinggi HAM PBB Volker Turk mengatakan bahwa semua penduduk Gaza sedang menghadapi ancaman kelaparan dan hampir semua dari mereka terpaksa meminum air yang tercemar.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus saat itu mengatakan bahwa 10 anak telah meninggal akibat kelaparan di Rumah Sakit Anak Kamal Adwan di Gaza utara.
Israel telah mempersiapkan operasi besar-besaran di Rafah, yang menurut militer Israel, menjadi tempat bagi sejumlah pasukan Hamas yang tersisa.
PBB dan banyak negara telah menyatakan penentangannya terhadap rencana Israel itu karena saat ini lebih dari 1 juta warga Palestina mengungsi di sana.