Rekonstruksi Hampir Selesai, Masjid Jami Al Nuri di Irak yang Dihancurkan ISIS akan Dibuka Akhir Tahun
JAKARTA - Masjid Jami Al Nuri yang terkenal di Mosul, Irak dan dihancurkan oleh ISIS pada tahun 2017, akan dibuka kembali pada akhir tahun ini, sebagai bagian dari proyek besar PBB untuk memulihkan beberapa situs keagamaan paling bersejarah di negara itu.
Masjid, yang terkenal dengan menara miringnya, adalah salah satu landmark tertua di Mosul, merupakan tempat pemimpin kelompok teroris Abu Bakr Al Baghdadi memproklamirkan “kekhalifahan” pada tahun 2014. Kelompok tersebut meledakkannya pada tahun 2017 ketika pasukan pemerintah merebut kembali kota tersebut.
"Tujuan kami adalah menyelesaikan seluruh Masjid Al Nuri termasuk menaranya pada akhir musim gugur tahun ini," Maria Rita Acetoso, manajer proyek senior UNESCO di Irak kepada The National News, seperti dikutip 20 Maret.
Acestoso mengatakan, proyek yang diluncurkan pada tahun 2018 ini, kini telah "menyelesaikan bagian struktural masjid dan menara. Kami telah menyelesaikan konsolidasi kubah. Sekarang, apa yang kami lakukan adalah bekerja secara paralel di aula salat dan area salat."
Rekonstruksi struktural kompleks masjid telah selesai, katanya. Namun, menara miring dan sentuhan akhir belum rampung.
Pertempuran untuk membersihkan Mosul dari pejuang ISIS berlangsung hampir sembilan bulan, menyebabkan sebagian besar wilayah kota hancur, menewaskan ribuan warga sipil dan membuat lebih dari 900.000 orang mengungsi.
Untuk memastikan bahwa dimensi, ketebalan dan pola batu bata tersebut sama dengan yang digunakan untuk membuat menara sebelum ISIS mengambil alih, UNESCO menggunakan "produsen batu bata yang sesuai yang dapat memperoleh batu bata yang kami inginkan berdasarkan karakteristik mekanis dari batu bata asli yang kami miliki. dikirim ke laboratorium Universitas Mosul untuk diuji," kata Acetoso.
Proyek UNESCO, yang disebut 'Revive the Spirit of Mosul', sebagian besar didanai oleh Uni Emirat Arab yang menyumbangkan 50 juta dolar AS untuk memulihkan kompleks Masjid Jami Al Nuri, serta dua gereja di dekatnya, Al Saa’a dan Al Tahera.
Proyek ini merupakan bagian dari dukungannya terhadap rekonstruksi pasca-ISIS di kota tersebut. Ini telah menyediakan 3.000 lapangan kerja bagi penduduk lokal di Mosul sejak dimulai. Hal ini kemudian diperluas hingga mencakup restorasi Gereja Al Saa’a dan Al Tahera.
Provinsi Niniwe hancur setelah tiga tahun pendudukan ISIS yang berakhir pada tahun 2017, ketika pasukan Irak yang didukung oleh serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat mengusir mereka.
Mosul dan dataran sekitar Niniwe pernah menjadi rumah bagi salah satu komunitas Kristen tertua di wilayah tersebut. Rekonstruksi Al Saa'a telah selesai, dan gereja mengadakan misa pertamanya pada Januari 2024.
Baca juga:
- Diplomat Uni Eropa Sebut Israel Memicu Kelaparan di Jalur Gaza
- Pejabat Senior Hamas Sebut Proposal Gencatan Senjata yang Mereka Ajukan Logis
- Israel Putuskan Gelar Operasi Militer di Rafah, Gedung Putih: Kami Tidak akan dan Tidak Bisa Mendukung
- UNICEF Sebut 13 Ribu Anak Tewas di Jalur Gaza Akibat Serangan Israel
Dibangun menjelang akhir abad ke-19 oleh para imam Katolik dari Ordo Dominikan, gereja ini memiliki arti penting bagi sejarah dan warisan arsitektur kota dan merupakan simbol hidup berdampingan di negara tersebut.
"Serah terima resminya belum diketahui, kami tinggal menunggu perintah provinsi untuk memastikan kapan titik fokus yang saat ini tidak dikerahkan di Irak, benar-benar bisa melakukan perjalanan sehingga kami bisa mendapatkan kunci kembali ke Ordo Dominikan," ujar Acetoso.
Rekonstruksi Gereja Al Tahera yang berusia 800 tahun juga telah selesai, lanjut Acetoso, dengan beberapa sentuhan akhir akan selesai pada Bulan Juni tahun ini.