Kemendikbudristek Libatkan Harvard University Ajari 273 Guru Indonesia Seni Pemrograman

JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Harvard University bersinergi memperkuat kemampuan guru Indonesia terhadap potensi teknologi digital bidang pendidikan melalui Program Microcredential CS50x.

“CS50x Indonesia–Harvard University adalah langkah nyata sebagai komitmen Gerakan Merdeka Belajar untuk terus meningkatkan kompetensi guru-guru di Indonesia,” kata Mendikbudristek Nadiem Makarim dalam Seminar Digital Skill bagi Guru di Jakarta, Kamis 7 Maret, disitat Antara. 

Dengan sinergi ini, lanjut dia, para guru bidang komputer dan informatika diajarkan secara langsung oleh para teacher fellow dari Harvard University yaitu Prof David J. Malan mengenai ilmu komputer dan pemrograman.

Peserta program ini sebanyak 273 guru pada jenjang SMP, SMA, dan SMK, dengan diawali pelatihan secara daring selama 22 minggu sejak Oktober 2023 dan beberapa peserta terpilih mengikuti pelatihan luring lima hari di Jakarta Intercultural School.

Salah satu prinsip dasar yang didapatkan para guru dalam program ini, kata dia, adalah seperti Computational Thinking sebagai landasan berfikir dalam bidang informatika.

Selanjutnya ditanamkan prinsip bahwa pelajaran Informatika bukan sekadar soal penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai alat, melainkan sebagai sarana menjadikan peserta didik sebagai digital citizen.

Para guru peserta juga mendapatkan pemahaman informatika sebagai ilmu yang fleksibel dengan keilmuan lain karena perangkat ini dibuat untuk memudahkan penuntasan pekerjaan dan permasalahan pada era modern.

Nadiem menuturkan pembelajaran informatika seharusnya dapat melahirkan generasi kreator sehingga peserta didik tidak hanya menjadi pengguna teknologi.

Dengan prinsip-prinsip tersebut, Program CS50x Indonesia–Harvard University sejalan dengan semangat Merdeka Belajar yang mengedepankan peningkatan kompetensi guru.

Program ini berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman para pendidik untuk menerapkan prinsip komputer sains dalam proses pembelajaran.

Pada gilirannya setelah guru kembali mengajar di sekolah masing-masing, maka peserta didik diharapkan dapat berpikir secara algoritmik dan memecahkan masalah secara efisien.

“Dengan mengikuti program ini Saya berharap para guru akan mendapatkan ilmu yang relevan dengan perkembangan zaman sebagai bekal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,” kata Nadiem Makarim.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek Nunuk Suryani mengatakan, mata pelajaran informatika akan menyumbangkan kemampuan berpikir komputasional yang dilandasi oleh logika.

Oleh sebab itu informatika menjadi salah satu mata pelajaran yang berkontribusi pada terwujudnya Profil Pelajar Pancasila, khususnya menumbuhkan daya nalar kritis dan kreatif siswa serta gotong royong.

“Peserta didik diharapkan mampu berpikir kritis dan kreatif dalam berkarya dan berteknologi serta memiliki kemampuan literasi digital yang mumpuni,” kata Nunuk.