Penurunan Permintaan EV dan Pasang Surut Pabrikan Eropa Beralih ke Elektrifikasi
JAKARTA - Kondisi pasar kendaraan listrik secara global tengah menurun sejak beberapa bulan terakhir yang ditengarai oleh harga EV yang masih lebih mahal dari mesin ICE. Inilah yang membuat pabrikan seperti Mercedes-Benz menunda rencananya untuk menjual lebih banyak kendaraan listrik hingga akhir dekade ini.
Senada dengan pabrikan mewah tersebut, Renault juga mengungkapkan hal serupa. Perusahaan otomotif asal Prancis ini menegaskan bahwa mereka masih akan menawarkan kendaraan bermesin ICE bersama dengan kendaraan listrik selama 10 tahun ke depan.
“Strategi kami adalah memiliki ‘dua opsi’ di setiap segmen, yakni jajaran ICE dengan teknologi hybrid dan kendaraan listrik sepenuhnya,” kata Fabrice Cambolive, selaku CEO Renault Brand, dikutip dari Automotive News, Jumat, 1 Februari.
Cambolive juga mengatakan pendekatan yang dilakukan pihaknya memberikan banyak fleksibilitas agar beradaptasi dengan kondisi pasar dan tidak hanya tergantung pada satu teknologi.
“Bagi saya, pertanyaannya bukanlah hanya terpaku pada kendaraan listrik tahun 2030. Kami akan mengikuti tren dengan dua penawaran yang sangat kompetitif dalam jajaran produk kami, pada kedua tahap,” tegas Cambolive.
Baca juga:
Sebelumnya pada tahun 2022 lalu, Luca de Meo, selaku CEO Renault Group, mengatakan merek Renault hanya akan menjual kendaraan listrik di Eropa pada 2030 mendatang. Tetapi, pria asal Prancis ini juga mengatakan rencana tersebut dapat terealisasi tergantung dari kondisi pasar.
Baru-baru ini, merek tersebut meluncurkan Renault 5 EV dengan desain kompak yang diluncurkan pada Geneva International Motor Show (GIMS) 2024. Mobil tersebut disebut sebagai opsi kendaraan ramah lingkungan dengan harga terjangkau di benua biru.
Model ini diproyeksikan akan dijual dengan harga sekitar 25.000 euro (sekitar Rp414 juta) dengan jangkauan hingga 400 km, berkat opsi baterai yang lebih besar dari dua konfigurasi yang tersedia.