AS Blokir Pernyataan Dewan Keamanan PBB Soal Penembakan yang Menewaskan Seratusan Warga Palestina di Gaza

JAKARTA - Negara-negara Arab gagal mendapatkan dukungan segera atas pernyataan Dewan Keamanan PBB yang menyalahkan pasukan Israel, terkait penembakan terhadap warga Palestina yang menunggu pengiriman makanan dan bantuan kemanusiaan lainnya di Gaza yang menyebabkan ratusan korban.

Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour mengatakan kepada wartawan setelah pertemuan darurat tertutup dewan mengenai tragedi tersebut, 14 dari 15 anggota dewan mendukung pernyataan yang diusulkan oleh Aljazair, perwakilan Arab di badan tersebut, melansir The Times of Israel 1 Maret.

Sementara itu, Amerika Serikat memilih untuk tidak mendukung pernyataan tersebut. Wakil Duta Besar AS Robert Wood mengatakan kepada seorang wartawan, "Kami tidak memiliki semua fakta di lapangan, itulah masalahnya."

Lebih jauh ia mengatakan, terdapat laporan-laporan yang saling bertentangan. Negeri Paman Sam dikatakannya sedang berusaha mengumpulkan semua fakta, termasuk mengenai "keadaan seputar bagaimana orang meninggal" yang merupakan isu utama.

Wood mengatakan, para diplomat sedang berupaya "untuk melihat apakah kita dapat menemukan bahasa yang dapat disepakati semua orang,".

Diberitakan sebelumnya, setidaknya 112 orang tewas dan lebih dari 280 orang terluka dalam insiden di dekat Kota Gaza Hari Kamis, kata pejabat kesehatan Palestina. Korban jiwa warga sipil kali ini merupakan yang terbesar dalam beberapa minggu terakhir.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan, pembunuhan lebih dari 100 orang yang tengah menunggu bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza, Palestina, merupakan situasi yang memerlukan investigasi independen yang efektif, dikutip dari Reuters.

Juru bicara Sekjen PBB Stéphane Dujarric mengatakan dalam sebuah pernyataan, Sekjen PBB mengutuk peristiwa memilukan tersebut.

"Warga sipil yang putus asa di Gaza membutuhkan bantuan segera, termasuk mereka yang berada di wilayah utara yang terkepung di mana PBB tidak dapat mengirimkan bantuan selama lebih dari seminggu," jelasnya, melansir CNN.

PBB tidak hadir saat kejadian tersebut namun menyerukan penyelidikan, kata Dujarric.