Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China Berencana Tingkatan Keamanan Data dalam Sektor Industri

JAKARTA - Kementerian Industri dan Teknologi Informasi (MIIT) China mengungkapkan sebuah rencana pada Senin 26 Februari, yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan data dalam sektor industri China. Mereka ingin secara efektif mengendalikan "risiko-risiko besar" hingga akhir tahun 2026.

Rencana tersebut muncul pada saat China dan Amerika Serikat sering saling menuduh satu sama lain melakukan serangan Siber dan spionase industri.

Reuters melaporkan tahun lalu bahwa entitas pemerintah China dan perusahaan-perusahaan milik negara sedang mempercepat upaya untuk mengganti perangkat keras dan perangkat lunak buatan Barat dengan alternatif domestik, sebagian karena takut akan peretasan dari lawan-lawan asing.

"Sebagai tanggapan terhadap skenario risiko yang sering terjadi seperti serangan ransomware, pintu belakang kerentanan, operasi ilegal oleh personel, dan operasi dan pemeliharaan jarak jauh yang tidak terkontrol, kami akan memperkuat pemeriksaan risiko diri dan perbaikan diri, dan mengadopsi tindakan pengelolaan dan perlindungan yang tepat," menurut rencana tersebut yang dipublikasikan di situs web MIIT.

Tindakan perlindungan, termasuk latihan darurat mensimulasikan serangan ransomware, harus diterapkan pada lebih dari 45.000 perusahaan di sektor industri China pada akhir tahun 2026, mencakup setidaknya 10% teratas dari segi pendapatan di setiap provinsi China.

Rencana tersebut juga bertujuan untuk menyelesaikan 30.000 sesi pelatihan keamanan data dan membina 5.000 "talenta" keamanan data dalam jangka waktu yang sama.

China dalam tiga tahun terakhir telah menguatkan regulasi atas cara perusahaan-perusahaannya menyimpan dan mentransfer data pengguna, dengan mengutip alasan keamanan nasional. Regulator mengenakan denda sebesar 1,2 miliar dolar AS (Rp18,7 triliun) kepada raksasa layanan naik kendaraan Didi pada bulan Juli 2022 karena pelanggaran keamanan data.

Kementerian Keamanan Negara memperingatkan pada bulan Desember bahwa perangkat lunak informasi geografis asing digunakan untuk mengumpulkan data sensitif dalam sektor-sektor kunci termasuk militer. Pada bulan yang sama, MIIT mengusulkan sistem klasifikasi empat tingkat untuk membantu merespons insiden keamanan data.