Bagi-bagi Rice Cooker Gratis Mentok di 342.000 Unit, Ada Apa?
JAKARTA - Program bagi-bagi Alat Masak Listrik (AML) rice cooker oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dikabarkan terhenti di angka 342.000 unit.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Jisman P. Hutajulu mengatakan pihaknya tidak akan melanjutkan program bagi-bagi rice cooker gratis ini, padahal awalnya ditargetkan akan dibagikan sebanyak 500.000 unit di tahun 2023.
"Enggak semua dong kan udah ngomong di 342.000," ujar Jisman kepada awak media yang dikutip Kamis, 22 Februari.
Jisman mengatakan, alasan program tersebut dihentikan karena menggunakan anggaran dari APBN tahun 2023. Untuk itu sebanyak 342.000 rice cooker telah dibagikan sementara sisa anggaran yang belum termanfaatkan akan dikembalikan kepada negara.
"Kan 500.000 (targetnya), sudah salurkan 342.000, sisanya dikembalikan ke negara uangnya. Nanti kita lihat apakah tahun ini mau dilanjutkan atau tidak," sambung Jisman.
Di sisi lain, Jisman juga mengatakan alasan program ini berhenti karena keterbatasan waktu yang ada. Asal tahu saja, program bagi-bagi AML baru dibuka pda Oktober 2023.
"Karena waktunya sempit kemarin," pungkas Jisman.
Berdasarkan catatan VOI, Sepanjang tahun 2023 tercatat pembagian ricecooker ini telah dilakukan sebanyak 342.621 unit dari 500.000 yang disiapkan.
Baca juga:
Jisman mengatakan, pembagian AML tersbut paling banyak dibagikan di Pulau Jawa dan Bali sebanyak 192.890 unit, disusul Sumatera sebanyak 61.040 unit, Sulawesi 36.648 unit, Kalimantan 35.307 unit, Nusa Tenggara 7459, Maluku 5640 dan papua 3637 unit.
"Mungkin pertanyaan kenapa Jawa - Bali lebih banyak karena ini menyangkut kesiapan kelistrikan karena ini kan demandnya besar," ujar Jisman dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis 18 Januari.
Jisman menjelaskan, pemilihan Jawa dan Bali dikarenakan per unit ricecooker membutuhkan setidaknua 300 hingga 350 watt. Selain itu, adanya kelebihan kapasitas listrik juga menjadi salah satu alasan Jawa dan Bali paling banyak mendapat alokasi AML.
"Jabali lebih dari 50 persen karena sistem Jawa Bali kita ada over capacity dan penting," beber Jisman.