Hamas Sebut Serangan Israel Terhadap Rafah yang Menewaskan lebih dari 100 Orang Sebagai Pembantaian Mengerikan
JAKARTA - Kelompok militan Palestina Hamas mengutuk apa yang mereka sebut sebagai "pembantaian mengerikan" yang dilakukan Israel terhadap warga sipil di Rafah pada Hari Senin, setelah militer negara itu mengonfirmasi melakukan serangan terhadap kota di selatan Gaza itu.
"Pembantaian mengerikan yang dilakukan terhadap warga sipil yang tidak berdaya dan anak-anak, wanita dan orang tua yang terlantar, dianggap sebagai kelanjutan dari perang genosida dan upaya pemindahan paksa yang dilakukan terhadap rakyat Palestina," kata Hamas, melansir CNN 12 Februari.
Palestine Red Crescent Society (PRCS) pada Hari Senin mengatakan, korban tewas akibat serangan tersebut telah meningkat lebih dari 100 jiwa, dengan banyak korban yang masih terperangkap di bawah reruntuhan, menyebabkan jumlah korban tewas bisa terus bertambah.
Sedangkan, jumlah korban luka-luka akibat serangan tersebut mencapai lebih dari 230 jiwa, dengan mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan, mengutip TASS dari Al Mayadeen.
Dalam pernyataannya, Hamas juga menuduh Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan pemerintahannya memikul "tanggung jawab penuh" atas kematian warga sipil.
Serangan Israel di Rafah terjadi sehari setelah Presiden Biden melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menegaskan kembali pendiriannya bahwa militer Israel tidak boleh melanjutkan serangan darat di Rafah "tanpa rencana yang kredibel dan dapat dilaksanakan" untuk menjamin keselamatan warga sipil.
Diberitakan sebelumnya, Operasi gabungan oleh Israel Defense Forces (IDF), dinas keamanan domestik Israel Shin Bet dan Unit Polisi Khusus di Rafah membebaskan Fernando Simon Marman (60) dan Louis Hare (70) kata militer Israel. Militer mengatakan, keduanya diculik oleh Hamas dari Kibbutz Nir Yitzhak pada 7 Oktober, kondisinya baik dan dibawa ke Kompleks Medis Tel Hashomer (Sheba Medical Center).
Operasi gabungan oleh Israel Defense Forces (IDF), dinas keamanan domestik Israel Shin Bet dan Unit Polisi Khusus di Rafah membebaskan Fernando Simon Marman (60) dan Louis Hare (70) kata militer Israel. Militer mengatakan, keduanya diculik oleh Hamas dari Kibbutz Nir Yitzhak pada 7 Oktober, kondisinya baik dan dibawa ke Kompleks Medis Tel Hashomer (Sheba Medical Center).
"Itu adalah operasi yang sangat kompleks," kata juru bicara militer Israel Letkol Richard Hecht, melansir Reuters.
Baca juga:
- Pilpres Rusia Bulan Depan Diikuti Empat Calon, Petahana Putin Bakal Hadapi Pesaingnya 20 Tahun Silam
- Israel Gelar Operasi Khusus dan Serangan Udara di Rafah: Dua Sandera Dibebaskan, 37 Warga Tewas
- Intelijen Ukraina Sebut Pasukan Rusia Pakai Starlink di Wilayah Pendudukan
- Menhan AS Lloyd Austin Kembali Dilarikan ke Rumah Sakit, Tugasnya Dijalankan Wakil Menteri Pertahanan Kathleen Hicks
Para sandera ditahan di lantai dua sebuah gedung yang dibobol dengan bahan peledak selama penggerebekan, yang menyebabkan baku tembak sengit dengan gedung-gedung di sekitarnya, kata Hecht.
"Kami sudah lama menyiapkan operasi ini. Kami menunggu kondisi yang tepat," lanjutnya.
Pada saat yang sama, lanjutnya, serangan udara dilakukan untuk memungkinkan pasukan ditarik dari lokasi operasi.