Bicara 45 Menit di Telepon, Presiden Biden Desak PM Netanyahu Agar Israel Perhatikan Keselamatan Warga Sipil
JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Hari Minggu, Israel tidak boleh melancarkan operasi militer di Rafah tanpa rencana yang kredibel untuk menjamin keselamatan sekitar 1 juta orang yang berlindung di sana, kata Gedung Putih.
Kedua pemimpin berbicara di telepon selama 45 menit, beberapa hari setelah Presiden Biden menyebut respons militer Israel di Jalur Gaza "berlebihan", menyatakan keprihatinan besar atas meningkatnya jumlah korban sipil di wilayah kantong Palestina, melansir Reuters 12 Februari.
Seruan tersebut sebagian besar terfokus pada upaya yang sedang berlangsung untuk menjamin pembebasan 132 sandera, yang masih ditahan oleh kelompok militan Hamas di Gaza, kata seorang pejabat senior pemerintah kepada wartawan, menggarisbawahi "kemajuan nyata" telah dicapai dalam beberapa pekan terakhir.
Meskipun masih ada beberapa kesenjangan "signifikan" yang harus diselesaikan, pejabat tersebut mengatakan kesepakatan itu "cukup tercapai", menambahkan Presiden Biden telah menekankan perlunya memanfaatkan kemajuan tersebut untuk "mengamankan pembebasan semua sandera sesegera mungkin."
Presiden Biden juga menekankan pandangannya, "operasi militer di Rafah tidak dapat dilanjutkan tanpa rencana yang kredibel dan dapat diterapkan, untuk memastikan keselamatan dan dukungan bagi lebih dari 1 juta orang yang kini berlindung di sana," kata pejabat tersebut.
Peringatan tegas Presiden Biden terhadap operasi militer di Rafah, muncul di tengah peringatan dari lembaga bantuan yang mengatakan serangan semacam itu dapat menyebabkan lebih banyak kematian, dan kekhawatiran itu dapat menggagalkan upaya pembebasan sandera.
"Presiden sudah jelas dalam komentarnya tentang tindakan Israel di Gaza," kata pejabat itu, mengatakan Amerika Serikat mendukung perlunya mengalahkan Hamas, namun telah berulang kali memperingatkan Israel mereka harus memastikan warga sipil yang tidak bersalah dilindungi.
Di sisi lain, para pemimpin Israel telah mengatakan kepada para pejabat Washington, memindahkan warga sipil ke tempat yang aman merupakan "prasyarat yang jelas" untuk operasi militer mereka, kata pejabat itu.
"Mereka telah menjelaskan bahwa mereka tidak akan mempertimbangkan operasi apa pun tanpanya," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Biden juga menegaskan dukungan keamanan jangka panjang Negeri Paman Sam untuk Israel, tapi juga menyerukan langkah mendesak dan spesifik untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk warga sipil di Gaza.
Baca juga:
- Hamas Usulkan Gencatan Senjata Tiga Tahap 135 Hari, Pejabat Israel Sebut Faktor Ini Bisa Sebabkan Tidak Disetujui
- Tanggapi Proposal Qatar-Mesir: Hamas Usulkan Gencatan Senjata 135 Hari, Israel Tarik Pasukannya dari Gaza
- Rusia Luncurkan Puluhan Drone dan Rudal ke Kota-kota Ukraina saat Kepala Kebijakan Uni Eropa Ada di Kyiv
- Mantan PM Pakistan Imran Khan Tidak Diizinkan Meninggalkan Sel Isolasi
Pihak Gedung Putih mengatakan, Presiden Biden dan PM Netanyahu setuju untuk tetap berhubungan dekat, tetapi tidak memberikan tanggal perkiraan pembicaraan berikutnya.
Diketahui, Otoritas kesehatan di Gaza menyebutkan dalam pernyataan Hari Sabtu lalu, sedikitnya 28.064 warga Palestina telah terbunuh dan 67.611 lainnya terluka akibat serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober.
Diterangkan, sekitar 70 persen dari mereka yang terbunuh adalah perempuan atau anak-anak di bawah 18 tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan sistem Kementerian Kesehatan Palestina dalam melaporkan korban sebagai "sangat baik" dan badan-badan PBB secara teratur mengutip angka jumlah korban tewas.