Upacara Jumenengan di Keraton Surakarta Digelar Sederhana
SURAKARTA - Upacara Tingalan Dalem Jumenengan ke-20 di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat digelar secara sederhana tanpa kirab, karena sudah mendekati hari Pemilihan Presiden 2024.
Adik Paku Buwana XIII, GKR Wandansari atau yang akrab disapa Gusti Moeng, mengatakan untuk kali ini kirab tidak dilaksanakan, karena menjelang hari tenang pemilu.
"Karena ini sudah masuk hari tenang, serba menahan diri supaya tidak ada tunggangan politik. Justru pengalaman saya itu tidak menguntungkan keraton," katanya dilansir ANTARA, Selasa, 6 Februari.
Ia mengatakan untuk kali ini tamu yang diundang dalam tradisi ulang tahun naiknya tahta raja, juga tidak banyak. Sebab jumenengan dilaksanakan di hari kerja, sehingga tidak banyak tamu yang bisa datang ke acara jumenengan.
Salah satu kerabat keraton KPH Eddy Wirabhumi mengatakan tamu yang diundang langsung oleh Raja PB XIII sekitar 200 orang.
"Di luar undangan raja, kami mengundang 100 orang. Selain itu, juga ada perwakilan dari beberapa kementerian dan tamu dari luar negeri sahabat kami," katanya.
Baca juga:
- Prabowo: Pokoknya Kita Harus Rukun, Diejek dan Difitnah Kita Senyum Saja
- Timnas AMIN Klaim 3 Juta Relawan Hadiri Kampanye Akbar di JIS, Anies Harap Tak Dipersulit
- Ganjar Soal Pelanggaran Etik Pemilu: Tobat, Sadar, Kembali ke Track yang Benar
- Terima APDESI, Puan Maharani: Jangan Ada Lagi Anggapan DPR Menghalangi Revisi UU Desa
Pengageng Perentah Keraton Kasunanan Surakarta KGPH Dipokusumo mengatakan tingalan jumenengan dilaksanakan turun-temurun sejak zaman Sultan Agung sampai sekarang.
"Hari ini dilaksanakan yang ke-20. Dilaksanakan dengan baik, lancar, semua hadir, baik tamu maupun sentono dalem," katanya.
Mengenai kirab, katanya, merupakan atraksi budaya untuk mendukung pariwisata daerah. Namun, saat ini negara sedang memasuki persiapan pemilu.
"Sehingga, kami mengurangi kegiatan yang bersifat seremonial di publik. Meski sederhana, mudah-mudahan acara tetap khidmat," katanya.
Sementara itu, salah satu momen sakral yang menjadi rangkaian jumenengan adalah Tari Bedaya Ketawang. Tari Bedaya Ketawang ini dibawakan oleh sembilan gadis.
Terkait hal itu, Gusti Dipo mengatakan kali ini Tari Bedaya Ketawang dibawakan secara utuh dengan durasi 1 jam 35 menit.