Industri Tekstil Belum Bangkit saat Tahun Politik 2024, Begini Respons Menperin Agus

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, sektor manufaktur nasional dalam fase ekspansi selama 28 bulan berturut-turut.

Hal itu mengacu pada purchasing manager index (PMI) manufaktur yang dirilis S&P Global dan terkonfirmasi Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Januari 2024.

Meski begitu, Kemenperin mengakui, ada 6 sub-sektor manufaktur di dalam negeri yang masih mengalami kontraksi alias penurunan kinerja, salah satunya industri tekstil (KBLI 13).

Padahal, saat ini Indonesia sedang menghadapi masa pemilihan umum (Pemilu) 2024, yang mana momentum tersebut diharapkan bisa menjadi titik balik dari industri tekstil.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengakui bahwa industri tekstil memang masih belum bangkit sepenuhnya, meski ada momentum Pemilu 2024.

"Industri tekstil sudah mulai membaik kok (walaupun masih) kontraksi," ujar Menperin Agus ditemui di kantor Kemenperin, Jakarta, Kamis, 1 Februari.

Menperin Agus menilai, saat ini pelaku usaha industri memang masih menantikan hasil dari Pemilu 2024.

"Menurut pandangan dan pengalaman saya setiap ada siklus pemilu itu biasanya pelaku-pelaku usaha itu wait and see serta menunggu. Optimisnya ditekan karena tidak berani, juga masih menunggu hasil Pilpres 2024 khususnya," katanya.

Meski begitu, Agus menegaskan bahwa nilai IKI dan PMI pada Januari 2024 ini tetap dalam kondisi baik.

"Tapi faktanya, kan, naik dan sekarang PMI sama IKI ini pada Januari (2024) angkanya hampir sama walaupun kami enggak turun banget," imbuhnya.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Perindustrian menyebut, subsektor industri tekstil masih berada pada level kontraksi saat ini.

Direktur Industri, Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Adie Rochmanto Pandiangan mengatakan, kalangan elit politik kini sudah banyak yang menggunakan media elektronik sebagai tempat berkampanye.

"Kami tadinya berharap pesta demokrasi yang ada mengangkat atau meningkatkan permintaan maupun produksi. Namun, kami coba periksa ternyata kemungkinan besar peran media elektronik dalam rangka kampanye cukup berpengaruh besar," ujar Adie di kantor Kemenperin, Jakarta, Rabu, 31 Januari.

Adie menilai, dengan adanya hal tersebut telah menyebabkan menurunnya permintaan barang-barang subsektor tekstil.

"Jadi, terhadap atribut, spanduk dan kaos yang biasanya di tahun-tahun sebelumnya dimintakan itu tidak begitu banyak terjadi," katanya.