Amerika Serikat Serukan Perubahan Mendasar pada UNRWA Sebelum Pendanaan Dilanjutkan
JAKARTA - Amerika Serikat mengatakan badan bantuan utama PBB di Gaza perlu melakukan perubahan untuk "memulihkan kepercayaan donor", sebelum melanjutkan pemberian dana kepada badan tersebut, kata Duta Besar AS untuk PBB.
Negeri Paman telah lama menjadi donor utama bagi Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNWRA). Namun, Washington dan beberapa negara lain menghentikan pendanaan, setelah Israel menuduh 13 karyawan UNRWA terkait dengan serangan Hamas pada 7 Oktober.
Meskipun bantuan kemanusiaan sangat dibutuhkan di Gaza, AS akan terus menghentikan bantuannya sampai ada "perubahan mendasar pada UNRWA untuk mencegah hal ini terjadi lagi," kata Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield, melansir CNN 1 Februari.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengatakan pada Hari Rabu, dia "secara pribadi merasa ngeri" dengan tuduhan tersebut, mengatakan PBB bertindak segera setelah mendengarnya.
Menanggapi itu, Duta Besar Thomas-Greenfield mengatakan Washington menghargai tanggapan serius yang dilakukan terhadap tuduhan tersebut.
"Kami tahu Sekretaris Jenderal telah berjanji untuk mengupayakan akuntabilitas lebih lanjut, termasuk peninjauan UNRWA yang 'komprehensif dan independen," katanya kepada Dewan Keamanan.
"Investigasi ini harus cepat, menyeluruh, dan kredibel," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, penangguhan pendanaan oleh sejumlah negara donor, membuat UNRWA terancam tidak bisa melanjutkan operasinya di Gaza setelah akhir bulan ini.
"Jika pendanaan tidak dilanjutkan, UNRWA tidak akan dapat melanjutkan layanan dan operasinya di seluruh wilayah, termasuk di Gaza, setelah akhir Februari," ujar juru bicara badan tersebut, melansir The Times of Israel dari Reuters.
Direktur Komunikasi UNRWA Juliette Touma mengatakan dalam sebuah wawancara dengan BBC, tuduhan keterlibatan stafnya dengan serangan kelompok Hamas "sangat serius" dan Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini telah mengambil "tindakan luar biasa" dengan segera memecat staf tersebut.
"Kami sangat putus asa. Hal ini terjadi pada saat kebutuhan kemanusiaan di Gaza semakin meningkat," katanya, seraya menambahkan bahwa dia sendiri telah mengunjungi wilayah tersebut minggu lalu.
Baca juga:
- Mantan PM Pakistan Imran Khan dan Istri Dijatuhi Hukuman Penjara 14 Tahun karena Menjual Hadiah Negara
- Iran Peringatkan Siap Ambil Tindakan Tegas, Komandan IRGC: Tidak Ada Ancaman yang Tidak Dijawab
- Sultan Ibrahim Dilantik Sebagai Raja ke-17 Malaysia, Pernah Naik Motor Keliling Johor untuk Berbagi Amal
- Pejabat Senior PBB Sebut Peran Sentral Kemanusiaan UNRWA di Gaza Tidak Bisa Digantikan
"Orang-orang terus mengungsi. Orang-orang kelaparan. Waktu terus berjalan cepat menuju kelaparan," tuturnya.
Sedangkan Presiden Otoritas Palestina (PA) meminta negara-negara yang menghentikan pendanaan untuk badan bantuan Perserikatan Bangsa Bangsa di Gaza untuk mempertimbangkan kembali keputusannya.
"Posisi seperti itu, jika dipertahankan, akan menghukum jutaan rakyat kami secara tidak proporsional tanpa alasan yang jelas," kata Presiden PA Mahmoud Abbas dalam sebuah pernyataan pada Hari Minggu menurut WAFA, seperti melansir CNN.