Etika yang Hilang Harus Dikembalikan Demi Forum Debat yang Lebih Bermartabat

JAKARTA – Mahfud MD curhat soal sikap Gibran Rakabuming Raka pada debat calon wakil presiden, Minggu (22/1/2024). Pada debat pamungkas untuk Cawapres tersebut, Gibran berulang kali mengeluarkan gimik yang dianggap tidak etis.

Gibran kembali menyita perhatian selepas debat dengan tema “Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat, dan Desa” yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) tersebut. Bukan substansi debat, tapi mayoritas publik justru menyoroti aksi Cawapres Prabowo Subianto ini yang dinilai kebanyakan gimik.

Calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud MD saat acara diskusi "Tabrak Prof", di Semarang, Selasa (24/1/2024). (ANTARA/Makna Zaezar)

Mahfud MD bahkan menduga Gibran memang sengaja dilatih untuk mempermalukan dirinya dengan menunjukkan gestur celingak-celinguk kepadanya.

“Jadi Mas Gibran tuh, Mas Gibran itu dilatih agar gini-gini (celingak-celinguk) biar mempermalukan saya,” ujar Mahfud dalam acara Tabrak Prof! Semarang, Selasa (23/1/2024).

“Maunya mempermalukan kan, saya permalukan balik,” katanya.

Tunjukkan Ketidakmampuan Memimpin

Momen Gibran celingak-celinguk itu bermula dari pertanyaan terkait greenflation. “Bagaimana cara mengatasi greenflation? Terima kasih,” kata Gibran singkat.

Meski moderator mengatakan bahwa penggunaan istilah atau terminologi asing harus dijelaskan, Gibran justru menyinggung Mahfud yang merupakan seorang profesor sehingga menurutnya tidak butuh penjelasan lebih jauh.

Greenflation adalah inflasi hijau, sesimpel itu,” tutur putra sulung Presiden Joko Widodo ini.

Mahfud MD kemudian menjawab pertanyaan Gibran, namun menurut Wali Kota Surakarta ini jawabannya tidak tepat. Di momen tersebut, Gibran membuat gerakan seolah-olah ia sedang mencari sesuatu. Sambal menempelkan tangan kanan di atas matanya, Gibran menundukkan badan sambal celingak-celinguk.

Gibran Rakabuming Raka mencium tangan Mahfud MD usai acara Debat Cawapres Keempat di JCC Senayan, Jakarta pada Minggu (22/1/2024). (Istimewa)

Gestur ini kemudian menimbulkan polemik. Gibran, sebagai Cawapres termuda pada Pilpres 2024 ini, dianggap tidak mengindahkan etika menghormati orang yang lebih tua. Padahal sebagai seorang calon pemimpin, sudah sepatutnya Gibran menunjukkan etika sopan santun karena apa yang dilakukan seorang pemimpin ataus seorang publik figur, berpotensi ditiru pengikutnya.

Psikolog senior Tika Bisono menuturkan, Gibran tidak menunjukkan etika yang seharusnya ditunjukkan seorang pemimpin. Secara psikologi, kata Tika, apa yang dilakukan seorang anak merupakan cerminan didikan orang tua.

“Dalam psikologi, anak itu apa pun kelakuannya adalah cerminan orang tua. Usia dia jauh sekali dibandingkan Cawapres lainnya, seharusnya unsur kepantasan, keetikaan, kesantunan, elemen saling menghargai harusnya terjadi di panggung debat,” ujar Tika ketika dihubungi VOI.

“Ketidaksantunan dalam debat merusak kualitas debat itu sendiri, kita tidak dipertontonkan intelektualitas,” imbuhnya.

Tika menyayangkan gimik tersebut terjadi di panggung debat Cawapres yang disaksikan jutaan pasang mata. Menurutnya, gimik ketidaksantunan Gibran menunjukkan bahwa dirinya memang belum layak untuk menjadi pemimpin bangsa.

Namun dalam kesempatan yang sama, Tika menegaskan apa yang dilakukan Cawapres nomor urut dua ini bukan cerminan anak muda Indonesia secara keseluruhan, meski sosok Gibran disebut sebagai representasi generasi milenial dan Z.

Kritik Jokowi Ditabrak Gibran

Setelah debat Capres kedua pada 7 Januari 2024, Jokowi meminta agar format debat Pilpres 2024 dievaluasi. Menurut pengamatannya, debat saat itu tidak edukatif karena banyak serangan yang bersifat personal.

Jokowi menilai serang menyerang dalam debat adalah hal yang wajar selama itu seputar kebijakan atau visi, bukan personal. Menurutnya, debat yang berisi saling serang personal tidak memberikan edukasi kepada masyarakat dan malah mengaburkan gagasan para paslon.

Opini Jokowi tak lepas dari insiden ketika Prabowo Subianto terlibat adu argumen dengan Anies Baswedan beberapa kali. Mereka terlibat perdebatan sengit hingga Ganjar Pranowo merasa menjadi orang yang mendinginkan suasana.

Menurut Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago, kritik Jokowi terhadap format debat justru dikangkangi oleh anaknya sendiri, dan ini adalah paradoks yang sangat ironis.

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago. (Istimewa)

“Debat seharusnya fokus pada isi dan substansi daripada sekedar tebakan istilah atau singkatan asing yang cenderung merendahkan marwah debat capres-Cawapres itu sendiri,” kata Pangi, mengomentari pertanyaan Greenflation yang dilontarkan Gibran.

“Presiden Jokowi menegaskan bahwa serangan personal tidak boleh terjadi, namun hal ini justru dilakukan oleh anaknya sendiri yang menggunakan kata-kata merendahkan,” Pangi menambahkan.

Selanjutnya, ia berharap mengembalikan etika yang hilang dalam forum debat yang semestinya lebih bermartabat.