Bahlil Sebut Tom Lembong Hanya Jago Buat Pidato, Tak Pintar Datangkan Investor

JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membongkar borok kepemimpinan Thomas Lembong atau Tom Lembong di BKPM. Salah satunya tidak pernah mencapai target investasi.

Awalnya, Bahlil bilang, meski setiap tahun realisasi investasi naik kala Tom Lembong jadi Kepala BKPM, tetapi itu tidak mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Bahlil memamparkan, target investasi pada 2016 sebesar Rp594,8 triliun dan realisasinya Rp612,8 triliun. Kemudian tahun 2017 Rp678,80 triliun, tapi realisasinya hanya Rp 692,9 triliun.

Setelah itu pada tahun 2018, target yang ditetapkan Rp765 triliun tapi realisasinya cuma Rp721,3 triliun.

“Jadi dalam fasenya ada target yang tidak tercapai. Kemudian kami masuk di 2019 target Rp792 triliun, realisasinya Rp809 triliun,” ujarnya dalam konferensi pers di Kantor BKPM, Jakarta, Rabu, 24 Januari.

Bahlil menilai, Tom Lembong hanya jago membuat pidato, tetapi tidak cakap mendatangkan investor.

Pasalnya, selain tidak mencapai target investasi, Tom Lembong juga mewariskan investasi mangkrak.

“Pejabat dahulu yang tamatan Harvard, yang sekolahnya hebat, tak lebih baik dengan pejabat sekarang. Jadi, tidak mesti yang katanya pintar buat pidato itu bisa mengeksekusi investasi, kalau mau bagus,” ujar Bahlil.

Bahlil mengungkapkan, warisan proyek investasi mangkrak yang ditinggalkan Tom Lembong sebesar Rp708 triliun.

Namun, telah 78 persen dari investasi mangkrak tersebut sudah selesai.

“Saya masuk di BKPM bukan Oktober 2019, saya diwariskan oleh pemimpin terdahulu saya dengan investasi mangkrak Rp708 triliun, dan alhamdulillah dalam kurun waktu tidak lebih dari tiga tahun investasi mangkrak itu bisa kita eksekusi sebesar Rp558 triliun atau 78,9 persen,” ucapnya.

Bahlil mengakui, investasi yang mangkrak itu memang tidak capai 100 persen, karena banyak perusahaan yang memilih mundur tidak mau berinvestasi gegara pandemi COVID-19.

“Yang lainnya tidak bisa kita eksekusi karena pandemi COVID dan perusahaan-perusahaan itu mundur. Ini sekaligus sebagai laporan saya ke publik bukan kita tidak bisa ekseskusi, tapi memang perusahannya mengalami problem internal segala macam,” jelasnya.