3 Orang Tewas Akibat Tembok SPBU Pertamina Roboh: Puluhan Tahun Dagang, Sumber Rezeki Berujung Petaka
JAKARTA – Keluarga korban tembok roboh di Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) Pertamina, Jalan Soepomo, Tebet, Jakarta Selatan, sudah menyadari bahwa dinding tersebut sudah rapuh. Namun sayangnya pihak keluarga korban tidak menganggapnya itu sebagai hal serius.
Amri (42) salah satu anak korban, mengakui tembok itu sudah rapuh. Namun, pihak SPBU seperti acuh.
“Kalo tembok rentan sudah tahu sejak lama. Karena memang sempat ada teguran dari warga, bahwa tembok posisiya sudah miring. Ada retak-retak juga. Tapi dari pihak SPBU diam saja mereka,” kata Amri kepada wartawan, Senin, 22 Januari.
Menurut Amri, bukan dirinya saja yang mengetahui tembok itu sudah rapuh, warga sekitar lokasi juga sudah menyadari. Namun, kata Amri, SPBU seperti tidak memperdulikannya.
“Tidak ada penanganan. Sudah banyak warga yang komplain,” ucapnya.
Diketahui tiga orang dalam satu keluarga meninggal akibat tertimpa tembok SPBU Pertamina di Jalan Soepomo, Tebet Jakarta Selatan, Minggu 21 Januari pukul 11.50 WIB.
Baca juga:
- Pertamina Sayangkan Insiden Robohnya Tembok SPBU di Tebet
- Pasutri Jatuh dari Motor Akibat Bendera Partai di Flyover Mampang Roboh
- Pemotor Tabrak Mobil Gegara Jarak Pandang Tertutup Spanduk Caleg di Duren Sawit
- Marak Truk Jasa Ekspedisi Bongkar Muatan di Trotoar dan Bahu Jalanan, Petugas Bakal Ambil Tindakan
Insiden ini merengut 3 anggota keluarga Amri. Ami Kusuma Dewi (35) adik Amri, Nyonya Thio (74) ibu kandung Amri, dan Bapak Sumedi Riyanto (80) adalah ayah Amri. Satu orang selamat yakni bocah berusia 8 tahun, anak dari Ami Kusuma, keponakan Amri.
Menurut Amri, kedua orangtuanya sudah mengetahui tembok SPBU Pertamina itu sudah rapuh. Namun Amri tidak dapat berbuat banyak mencegah kedua orangtuanya berdagang di samping tembok.
Terlebih, kedua orang tua Amri sudah lama berdagang di lokasi tersebut, sejak ia masih kecil. Karena itu mereka tidak ingin lokasi sumber mata pencahariannya dilepas begitu saja, meski pada akhirnya berujung petaka.
“Iya sudah tahu rapuh, tapi tetap dagang,” ucapnya.