Kritik Perusahaan Pelat Merah, Prabowo Sebut Ada Bos BUMN Keenakan karena Punya Backing

JAKARTA - Calon Presiden (Capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto melontarkan kritik terkait kinerja badan usaha milik negara (BUMN).

Dia bilang, ada oknum yang terlalu nyaman berada di kursi pimpinan perusahaan pelat merah karena punya backing.

Awalnya, Prabowo bilang saat dirinya menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan ingin membangun rumah sakit dan juga kampus militer. Ia pun menghubungi perusahaan pelat merah untuk mengerjakan proyek tersebut.

Namun, Prabowo mengaku kaget dengan harga yang ditawarkan perusahan BUMN. Ia menilai angkanya terlalu tinggi. Menurut dia, perusahaan pelat merah kerap kali mematok harga yang cukup tinggi karena merasa punya backing.

“Kadang-kadang BUMN maaf aja ya, kan kadang-kadang pimpinan BUMN keenakan, mungkin dia dipasang di situ karena ada backing ya, kan kira-kira, ada sponsornya, kita sudah lama jadi orang Indonesia kan. Boleh kan aku bicara apa adanya loh,” ujarnya dalam Dialog Capres 02 Prabowo Subianto bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, di Djakarta Theater, Jumat, 12 Januari.

Prabowo pun membuat perbandingan. Ia mengaku menghubungi pihak swasta dan harga yang ditawarkan jauh berbeda dengan BUMN. Bahkan, Prabowo bilang waktu pengerjaannya pun lebih cepat dari yang ditawarkan BUMN.

“Swasta harganya sekian persen lebih murah, waktunya lebih cepat dan swasta itu mau kalau kita kejar-kejar dikit, saya butuh sekian bulan,” ujarnya.

Dengan berbagai pertimbangan, Prabowo pun mengaku memilih swasta untuk mengerjakan proyek rumah sakit hingga kampus militer tersebut.

“Saya mau kasih ke BUMN, hanya gimana waktunya lebih lama, harganya tinggi, aku kasih ke swasta. Aku tunjuk swasta, jadi itu barang. Rumah sakit, rumah sakit militer saya kira yang terbesar di Asia Tenggara. 1.000 tempat tidur, 136 ICU, 26 lantai, yang laksanakan adalah swasta,” jelasnya.

Prabowo mempersilakan jika kementerian atau lembaga menggandeng BUMN maupun swasta. Dari pengalaman ini, Prabowo menilai bahwa yang terpenting bukan BUMN ataupun swasta. Namun, tujuan yang ingin dicapai. Menurut dia, persaingan sehat selama transpran.

“Swasta monggo, BUMN kerja benar ya kan. Direksi enggak beres, enggak diganti aja, KPK. KPK enggak beres, Kejaksaan. Kita persaingan, competition is good, silakan kompetisi, efisiensi, transparansi, kualitas, silakan,” ucapnya.