Perusahaan Prajogo Pangestu Ini Sedang Garap PLTU Jawa 9 dan 10, Anggarkan Belanja Modal Rp112 Triliun hingga 2025

JAKARTA - Perusahaan milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk sedang memacu sejumlah proyek di segmen bisnis energi dan petrokimia. Emiten bersandi saham BRPT ini tengah membangun proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa 9 dan 10.

Direktur Keuangan Barito Pacific David Kosasih mengatakan, konstruksi PLTU yang berlokasi di Banten ini telah dimulai pada Oktober 2020. BRPT menargetkan commercial operation date (COD) proyek berkapasitas 2 x 1.000 MW tersebut pada 2025.

Lebih lanjut David mengatakan, PLTU ini menelan biaya investasi 3,3 miliar dolar AS, dan dibiayai dengan pendanaan proyek terbatas jangka panjang yang kompetitif dengan basis rasio hutang terhadap ekuitas 75:25, sejalan dengan proyek ketenagalistrikan Indonesia.

PLTU Jawa 9 dan 10 ini adalah salah proyek strategis nasional (PSN) yang diyakini dapat mendorong peningkatan ekonomi di provinsi Banten, karena melibatkan ribuan masyarakat lokal. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten dan kalangan pengusaha, meyakini pembangunan pembangkit ini bisa menjadi solusi atasi pengangguran dan perekonomian daerah yang terpuruk akibat pandemi COVID-19 yang berkepanjangan saat ini.

Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DPD Banten, Syaiful Bahri, dalam keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu mengatakan, pembangunan PLTU baru ini juga membuka celah bagi pengusaha lokal untuk bisa berkecimpung dalam aneka ragam pekerjaan.

Proyek anak usaha dan belanja modal

Lewat anak usahanya, Star Energy, seperti dikutip dari kontan.co.id, Barito Pacific juga berencana untuk mengembangkan eksplorasi pembangkit listrik tenaga panas bumi Salak Binary.

Proyek dengan kapasitas 15 megawatt (MW) tersebut masih dalam tahap pre-financial investment decision (FID) dan menelan biaya investasi 40 juta. Target penyelesaian proyek ini adalah di tahun 2022.

Sementara dua proyek eksplorasi baru panas bumi yaitu PT Star Energy Suoh Sekincau, Lampung Barat dan PT Star Energy Geothermal Indonesia untuk di Hamiding, Halmahera Utara, telah menyelesaikan preliminary survey dan berhak untuk match penawaran tender yang terbaik untuk izin pengembangan wilayah kerja.

Rencana BRPT untuk membangun pabrik petrokimia baru melalui anak usaha lainnya, yakni PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) juga masih terus bergulir. David mengatakan, proyek senilai 5 miliar dolar AS tersebut sedang dalam tahap FID, dan ditargetkan rampung pada 2025 atau 2026.

Adapun proyek-proyek ini merupakan salah satu bukti nyata Barito Pacific dalam mendukung strategi pertumbuhan. Sehingga, bila diakumulasikan, BRPT mengalokasikan dana belanja modal sekitar 8 miliar dolar AS atau setara Rp112 triliun hingga 2025.